
Bankir Kurangi Kredit Fosil, 'Kiamat' Batu Bara Makin Nyata?

Meskipun telah lama diterpa sentimen negatif terkait masa depan yang suram, kinerja keuangan dan saham emiten yang bergerak di sektor ini malah tumbuh secara signifikan. Hal ini salah satunya ditopang oleh harga komoditas energi yang mulai melonjak akibat kenaikan permintaan pasca pembukaan ekonomi yang sempat lumpuh di zaman pandemi.
Selain itu krisis energi di Eropa akhir tahun lalu ikut mendorong harga lebih tinggi, sebelum menyentuh rekor tertinggi tahun ini akibat serangan Rusia ke Ukraina yang mengancam rantai pasok. Konflik yang tak kunjung usai di Eropa Timur membuat investor dan trader cemas akan keamanan energi di masa depan, sehingga ramai-ramai masuk ke sektor energi.
IDX Sector Energi yang mengukur kinerja 67 saham emiten yang bergerak di sektor tersebut tercatat melejit 52% tahun ini. Lebih fantastis lagi, dalam setahun terakhir indeks tersebut telah terbang hingga 136%.
Secara rinci emiten batu bara raksasa menjadi motor pergerakan utama terbangnya indeks tersebut. Saham BYAN tercatat tumbuh 101% tahun ini dan 280% dalam setahun, ITMG tumbuh 72% tahun ini dan 193% dalam setahun, dengan ADRO juga tumbuh 54% tahun ini dan 190% dalam setahun.
Sementara itu, PTBA mampu tumbuh 59% tahun ini dan naik 88% dalam setahun. Lalu INDY juga ikut mengalami kenaikan fantastis, tumbuh 94% tahun ini dan 110% dalam setahun. Emiten yang bergerak di sektor migas juga mengalami kenaikan yang mirip, dengan saham PGAS dan ENRG tercatat masing-masing naik 43% dan 103% dalam setahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/vap)[Gambas:Video CNBC]
