
Bankir Kurangi Kredit Fosil, 'Kiamat' Batu Bara Makin Nyata?

Akhir September lalu, di depan Majelis Umum PBB Presiden China Xi Jinping menyampaikan pengumuman yang menghantam industri fosil, khususnya batu bara, di mana Xi membuat komitmen baru terkait kebijakan iklim untuk menangani pemanasan global.
Dalam sidang tersebut Xi menegaskan bahwa China tak akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga batu bara lagi di luar negeri. Sebelumnya, telah diketahui melalui pendanaan Belt and Road Initiative (BRI), China berinvestasi di sejumlah proyek PLTU di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sebelumnya, pada Juni 2021 International Renewable Energy Agency (IRENA) telah menandatangani nota kesepakatan baru dengan Kementerian Ekologi dan Lingkungan China untuk mempromosikan netralitas karbon melalui energi terbarukan.
Saat ini China adalah pemimpin dalam penyebaran energi terbarukan, mewakili lebih dari 40% dari total sebaran energi terbarukan global. IRENA memperkirakan bahwa energi terbarukan memiliki potensi memasok lebih dari 90% kebutuhan listrik China pada tahun 2050, dengan lebih dari 60% bersumber dari matahari dan angin.
Jika China berkomitmen tak akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga batu bara lagi di luar negeri, Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia lebih ekstrem lagi. ADB telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi mendanai proyek yang berkaitan dengan eksplorasi atau produksi tambang batu bara, minyak bumi dan gas alam di dunia.
Kebijakan baru ini telah diumumkan dalam draf pernyataan kebijakan yang dirilis pada bulan Mei tahun lalu dan disambut baik oleh kelompok penggiat lingkungan, yang mengatakan seharusnya ADB sudah mengambil langkah ini sejak satu dekade lalu.
Selain ADB, dari kancah global juga ada UBS yang melakukan penurunan pembiayaan terhadap bisnis bahan bakar fosil hingga 73%, dari US$ 7,7 miliar (Rp 111,65 triliun) pada tahun 2016 menjadi US$ 2,1 miliar (Rp 30,45 triliun) pada tahun 2020, menurut analisis CNBC Make It.
Dari tingkat regional, Malayan Banking Berhad atau Maybank tahun lalu juga memutuskan akan menghentikan pembiayaan untuk aktivitas pertambangan batu bara. Pada 2025, Maybank berencana mengalokasikan RM 50 miliar dalam upaya mendorong pembiayaan berkelanjutan.
Setahun sebelumnya, pesaing Maybank yakni CIMB Group Holdings Bhd, juga telah berkomitmen untuk menghapus batu bara dari portofolionya per 2040. CIMB mengklaim menjadi grup perbankan pertama di Malaysia dan Asia Tenggara yang melakukan penghentian pembiayaan batu bara.
(fsd/vap)