Meski Harga Perak Naik, 'Hantu' The Fed Masih Gentayangan
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak dunia melonjak pada siang hari ini didukung oleh pelemahan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Namun, kebijakan Federal Reserves/The Fed masih membayangi laju aset safe haven tersebut.
Pada Senin (6/6/2022) pukul 12.55 WIB harga perak dunia tercatat US$ 22,21/ons, menguat 1,37% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Dollar Index (yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama) AS pada perdagangan terpantau turun 0,11% ke level 102,029. Hal Ini jadi sentimen positif bagi perak yang dibanderol dengan greenback. Sebab, menjadi lebih murah bagi para pemegang mata uang lain.
Meski demikian, prospek perak tetap rentan terhadap kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed.
Data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) pada Mei lalu lebih baik dari perkiraan, meningkatkan kekhawatiran berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang agresif.
Sebelumnya, data tenaga kerja AS di luar sektor pertanian tumbuh 390.000 bulan lalu, atau di atas ekspektasi pasar yang memprediksikan sebanyak 328.000 pekerjaan baru di bulan Mei.
"Datang setelah laporan pekerjaan AS baru-baru ini, pelaku pasar akan terus menjadi sangat sensitif terhadap isyarat apa pun pada prospek kebijakan bank sentral, dengan panduan dari RBA dan ECB yang dipantau minggu ini, bersama dengan data utama CPI AS," kata Yeap. Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.
Investor akan fokus pada data inflasi AS akan dirilis hari Jumat minggu ini. Inflasi akan menjadi sinyal lebih lanjut tentang kenaikan suku bunga The Fed.
The Fed berada di jalur untuk kenaikan suku bunga setengah poin pada pertemuan kebijakan Juni dan Juli, dan laporan pekerjaan hari Jumat meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga bahkan lebih.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang perak, yang tidak menghasilkan bunga (non-yieldeing asset).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)