Kinerja Membaik, Saham BRIS Masih Belum Dilirik Investor

Tri Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 02/06/2022 16:43 WIB
Foto: Dok Bank Syariah Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) belum bisa bergerak banyak hari ini. Harga saham bank syariah terbesar di Indonesia sepanjang tahun ini masih mengalami tekanan. 

Pada perdagangan hari ini, harga saham berkode BRIS tersebut hanya mampu naik 0,69% ke level Rp 1.450/unit. Sementara itu, jika dihitung dari awal tahun harga saham BRIS tercatat anjlok 18,54%.

Dari sisi kinerja, sebagai bank syariah terbesar di Tanah Air konsisten membukukan kinerja keuangan yang solid.


Hingga Maret 2022 pembiayaan BRIS tumbuh 11,6% secara year on year (yoy) menjadi Rp 177,5 triliun. Sementara dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh dobel digit 16,1% yoy menjadi Rp 238,5 triliun.

Dari sisi laporan laba rugi, pendapatan bersih marjin dan bagi hasil tumbuh 10,9% yoy menjadi Rp 3,58 triliun.

Kenaikan ini ditopang oleh penurunwn biaya dana (Cost of Fund/CoF) sebesar 570 basis poin (bps) yoy. Rasio Non Performing Financing (NPF) gross juga terus membaik turun 18 bps yoy hingga Maret 2022.

Rasio Financing at Risk (FAR) BRIS juga mengalami penurunan sebesar 365 bps pada kuartal I-2022. Penurunan risiko juga membuata Cost of Financing turun 25 bps di saat yang sama.

Foto: PT Bank Syariah Indonesia Tbk di Dubai (CNBC Indonesia/Aif)

Laba bersih setelah pajak BRIS pun naik 33,2% yoy menjadi Rp 988 miliar pada kuartal I-2022.

Untuk diketahui, laba bersih perseroan setahun penuh pada 2021 mencapai Rp 3 triliun naik 38,5% yoy dari tahun 2020.

Atas kinerja yang fantastis tersebut, pihak BRIS memutuskan untuk membagikan dividen sebesar 25% dari total laba bersih atau senilai Rp 757 miliar pada akhir Mei lalu.

Selain untuk dividen, dari laba tersebut sebanyak 20% akan digunakan untuk cadangan wajib dan 55% digunakan sebagai laba ditahan.

Ke depan strategi pertumbuhan untuk BRIS akan mengedepankan pengembangan ekosistem Islam yang terdiri dari donasi, pesantren, umroh dan haji serta masjid.

Potensi pasar dari setiap segmen masih sangat besar. Untuk segmen donasi dan wakaf, potensi nilainya mencapai Rp 327 triliun.

Sementara untuk potensi Dana Pihak Ketiga (DPK) dari 31.385 pesantren mencapai Rp 1,5 triliun. Sedangkan untuk bisnis haji, nilai volume bisnisnya mencapai Rp 43 triliun.

Terakhir untuk segmen masjid, ada potensi dana sosial lewat masjid mencapai Rp 7 triliun.


(trp/hps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat