Senasib, Terra Luna Versi Baru Langsung Anjlok Tak Tertolong

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Kamis, 02/06/2022 07:53 WIB
Foto: terra luna crypto

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang kripto Terra Luna sempat ambles tidak tersisa dan merugikan banyak orang. Di Amerika Serikat (AS) setidaknya ada enam orang yang bunuh diri, sedangkan di Indonesia ada yang gagal memiliki rumah hingga menikah karena dananya ludes setelah Terra Luna jatuh terpuruk.

Tidak lama berselang, Terra Luna kembali mengeluarkan versi baru sudah tersedia di beberapa bursa utama kripto pada Selasa (31/5/2022). Namun, perdagangan awal dari kripto Luna versi baru tersebut tidak berjalan baik.

Sebelumnya pada pekan lalu, tepatnya Jumat, pendukung proyek blockchain Terra memilih untuk menghidupkan kembali Luna, tapi tidak untuk TerraUSD (UST).


UST merupakan stablecoin algoritmik yang mengandalkan kode dan token saudaranya, LUNA, untuk mempertahankan nilai US$ 1. Namun kini, LUNA memiliki iterasi baru yang disebut oleh investor sebagai Terra versi 2.0, seperti yang dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (31/5/2022).

Kode token Terra Luna tersebut pun masih sama yakni LUNA, sedangkan untuk Terra Luna yang lama disematkan 'classic', sehingga namanya menjadi Terra Classic dengan kode LUNC. Adapun Luna Classic memiliki persediaan yang beredar lebih dari US$ 40 miliar.

Terra Luna baru sudah diperdagangkan di bursa termasuk Bybit, Kucoin dan Huobi. Binance, pertukaran kripto terbesar di dunia, mengatakan akan mendaftarkan Luna versi baru mulai Selasa lalu.

Meski sudah tersedia di beberapa bursa kripto dan mulai diperdagangkan pada Jumat lalu, tetapi perdagangan awal dari Terra Luna versi baru ini tidak berjalan baik.

Pada Sabtu lalu, berdasarkan data dari CoinMarketCap, harganya sempat menyentuh puncaknya di level US$ 19,53 per keping atau setara dengan Rp 283.896,97 per keping. Namun selang beberapa jam saja, harganya langsung ambruk hingga ke level US$ 3,931 per keping (Rp 57.154,88 per keping).

Sejak itu, harganya tetap di sekitar US$ 5 per keping atau Rp 80 ribuan per kepingnya.

Namun pada Selasa (31/5/2022), Luna baru kembali bangkit, di mana harganya melesat 38,14% ke level US$ 8,23 per keping (Rp 120.671,14 per keping). Meski berhasil rebound, tetapi Luna baru belum dapat kembali menyentuh puncaknya di kisaran level US$ 19.

Analis sangat skeptis tentang peluang keberhasilan blockchain Terra yang dihidupkan kembali. Ia harus bersaing dengan sejumlah jaringan lain yang disebut "Lapisan 1", yaitu infrastruktur cryptocurrency seperti Ethereum, Solana, dan Cardano.

Terra mendistribusikan token Luna melalui apa yang disebut "airdrop". Sebagian besar akan diberikan kepada mereka yang memegang Luna Classic dan UST sebelum runtuh, sebagai upaya untuk mengkompensasi investor.

Namun, sudah terlanjur banyak investor yang tak lagi percaya pada Terra setelah bencana yang terjadi. Vijay Ayyar, Kepala Internasional di crypto exchange Luno, mengatakan ada kehilangan kepercayaan yang besar dalam proyek tersebut.


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Awasi Ketat Kripto, Fokus pada Aktivitas Domestik