Last Day of May! Asing Belanja Rp 4 Triliun, IHSG Naik 1,58%
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan hari terakhir bulan Mei, hari ini Selasa (31/5/2022), dengan manis.
IHSG ditutup menguat signifikan dengan apresiasi 1,58% di level 7.148,97. Selain berhasil tembus level psikologis 7.100, indeks juga konsisten bergerak di zona hijau.
Penguatan IHSG yang signifikan juga dibarengi dengan inflow dana asing yang deras. Di pasar reguler asing net buy jumbo senilai Rp 4,3 triliun.
Saham ADMR dan BBRI menjadi saham yang paling banyak dikoleksi asing dengan net buy masing-masing Rp 1,4 triliun dan Rp 447 miliar.
Sementara itu saham INTP dan TLKM justru menjadi dua saham paling banyak dijual asing dengan net sell masing-masing Rp 344 miliar dan Rp 128 miliar.
Pergerakan IHSG juga sejalan dengan mayoritas bursa saham Asia yang berada di zona hijau kecuali indeks Nikkei Jepang yang melemah 0,33%.
IHSG memimpin penguatan dengan apresiasi lebih dari 1,5%. Di posisi kedua ada indeks Shanghai Composite yang menguat 1,19%.
Katalis positif untuk bursa saham China adalah tren penurunan kasus Covid-19 dan mulai dibukanya kembali perekonomian.
Pasar keuangan AS tutup memperingati memorial day di awal pekan ini. Namun pada pekan lalu indeks saham acuan Wall Street terpantau menguat. Indeks S&P 500 naik 4,64% minggu lalu setelah terkoreksi tajam.
Pelaku pasar di bursa Amerika Serikat (AS) terpantau memupuk optimisme setelah muncul data inflasi belanja perorangan dan rilis risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
"Saya pikir ini menjadi awal reli melegakan yang lama ditunggu," tutur Sam Stovall, Kepala Perencana Investasi CFRA Research seperti dikutip CNBC International. "Ia menunggu beberapa katalis dan saya pikir salah satunya dari The Fed."
Faktor lain adalah pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-ke level 2,74% pada Jumat pekan lalu. Sebelumnya, imbal hasil surat berharga negara (SBN) AS tersebut sempat menyentuh angka 3%.
Pelemahan imbal hasil akan membantu mengurangi laju koreksi saham teknologi yang dikenal 'rakus' menerbitkan obligasi untuk membiayai ekspansi mereka. Imbal hasil SBN yang rendah akan berujung pada rendahnya kupon obligasi sehingga memperlonggar profitabilitas mereka.
Namun dengan penguatan IHSG yang signifikan hari ini, return bulanan pada Mei 2022 masih tercatat negatif 1,44% dari akhir April 2022.
Kinerja IHSG kembali menunjukkan tren historisnya. Secara historis sejak tahun 2011-2021, rata-rata return bulanan IHSG pada Mei memang minus 0,68%.
Probabilitas IHSG melemah di bulan Mei juga terbilang cukup tinggi yaitu sebesar 45%. Banyak yang mengaitkan tren ini dengan fenomena Sell in May and Go Away.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)