
Ini Taktik Elon Musk Agar Bisa Beli Twitter Pakai Harga Murah

Jakarta, CNBC Indonesia - Miliarder yang juga pendiri Tesla, Elon Musk mendapatkan gugatan dari para investor Twitter. Hal ini dikarenakan dugaan penanganan Musk dan Twitter dalam mengakuisisi saham perusahaan itu.
Kacaunya proses akuisisi tersebut disebut telah berkontribusi pada perubahan yang bergejolak dalam harga saham perusahaan. Adapun Musk telah mengusulkan pembelian sebesar US$ 44 miliar, atau US$ 54,20 per saham.
Musk telah menjual dan menjanjikan sebagian dari kepemilikan Tesla-nya sebagai jaminan pinjaman untuk membiayai kesepakatan. Di sisi lain, para ahli mengungkapkan kabar mengejutkan.
Elon Musk, selaku orang yang ingin memboyong Twitter, diduga menggunakan alasan tertentu, untuk memainkan harga beli platform media sosial tersebut.
Akuisisinya sendiri senilai US$ 44 miliar atau sekitar Rp 639 triliun, dan masih bergulir hingga saat ini. Kendati demikian, diketahui bahwa CEO Tesla itu, menunda kesepakatan, sembari menunggu konfirmasi jumlah akun bot di dalamnya.
Di mana menurutnya, jumlah 5% akun bot yang dipaparkan oleh Twitter, terlihat sangat mencurigakan. Lalu ia setuju, nilai akuisisi akan turun, bila kenyataannya sebanyak 25% akun palsu bersemayam di dalam platform, dilansir detikINET dari Business Insider India, Senin (30/5/2022).
Sehingga harga belinya akan menjadi lebih murah. Hal ini mengingat, potensi anjloknya sangat banyak, mencapai US$ 11 miliar atau sekitar Rp 159 triliun.
Namun sayangnya, pengawasan terhadap Elon Musk semakin meningkat terkait akuisisi ini. Miliarder itu kini berada di bawah tekanan, di mana harus mengambil keputusan soal pengambilalihan sebelum kekayaan bersihnya semakin menurun.
Para ahli mengatakan, dirinya memiliki dua opsi, yakni pertama kembali melakukan negosiasi. Lalu kedua, pergi dari kesepakatan.
Sementara itu, Twitter sudah memperkirakan bahwa dari 229 juta pengguna aktif, setidaknya hanya kurang dari 5% akun bot. Hanya saja, jumlahnya berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Dan Brahmy, CEO perusahaan teknologi Israel Cyabra.
Ia mengungkapkan persentasenya lebih besar, yaitu diperkirakan mencapai 13,7%. Sedangkan Musk memiliki pendapat berbeda, di mana jumlahnya setidaknya hingga 20%.
Kendati banyak asumsi yang berkeliaran, sebagian besar ahli berpendapat, memang sangat sulit untuk menghitung jumlah bot di Twitter. Tetapi bagaimanapun, angka asli untuk pengguna aktif, menjadi poin penting untuk harga akhir dari kesepakatan ini.
"Jika terbukti bahwa 25% dari pengguna benar-benar bot, maka pengiklan akan meminta tarif yang lebih rendah, jika Twitter tidak dapat memfilter hal tersebut," ujar Mark Weinstein, pendiri MeWe.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Twitter Melonjak 22,24%