Top Gainers-Losers

ASHA-ARTO Jadi yang Tercuan, Selamat Buat yang Punya Sahamnya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
30 May 2022 06:35
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cerah bergairah pada perdagangan Jumat (27/5/2022) akhir pekan lalu, mengekor cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) dalam 2 hari terakhir.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melejit 2,07% ke level 7.026,256. IHSG kembali menyentuh zona psikologis 7.000 pada perdagangan akhir pekan lalu.

Sepanjang pekan lalu, IHSG berhasil melesat 1,56% secara point-to-point (ptp) dibandingkan pekan sebelumnya. Kapitalisasi pasar saham Indonesia pun naik 1,17% menjadi Rp 9.258,09 triliun.

Sepanjang perdagangan pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli senilai Rp 19,25 triliun. Sementara aksi jual tercatat Rp 17,63 triliun. Artinya, terjadi beli asing bersih (net buy) sepanjang pekan lalu senilai Rp 1,61 triliun.

BEI mencatat rata-rata nilai transaksi harian IHSG mencapai Rp 15,38 triliun pekan lalu, lebih rendah dari pekan sebelumnya sebesar Rp 16,95 triliun. Sementara rata-rata volume transaksi harian sebesar 20,039 miliar saham, turun 11,4%. Kemudian, rata-rata frekuensi turun 0,86% menjadi 1.402.599 kali.

Di tengah positifnya IHSG pada pekan lalu, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Saham Top Gainers

Saham emiten perikanan yang baru melantai di bursa pada Jumat pekan lalu, yakni PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA) menjadi saham yang berada di posisi pertama dalam jajaran top gainers pada perdagangan akhir pekan lalu. Saham ASHA ditutup meroket 35% ke level harga Rp 135/saham.

Nilai transaksi saham ASHA pada Jumat pekan lalu mencapai Rp 72,22 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 573,53 juta lembar saham. Namun sayangnya, investor asing melepas saham ASHA sebesar Rp 55,14 juta di seluruh pasar.

ASHA merupakan perusahaan perikanan yang terintegrasi dengan beroperasi 40 tahun lebih di industri perikanan. Produk bahan baku perikanan Cilacap Samudera berasal dari hasil tangkapan kapal sendiri dan juga dari supplier atau pihak ketiga.

Emiten perikanan yang masuk sektor consumer non-cyclicals ini melepas 1,25 miliar saham di harga Rp 100 saat penawaran perdana (initial public offering/IPO). Artinya dana segar yang diperoleh emiten ini mencapai Rp 125 miliar. Dalam rencana bisnisnya, salah satu penggunaan dana yang diperoleh dari IPO adalah untuk mengakuisisi PT Jembatan Lintas Global (PT JLG).

Akuisisi ini merupakan langkah strategis dalam bisnis pengolahan ikan, di mana PT JLG memiliki lokasi strategis di Jawa Timur, dengan limpahan ikan segar dari Pantai Utara dan Pantai Selatan, tersedianya SDM, serta akses langsung untuk ekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Selain saham ASHA, terdapat pula saham emiten bank digital berkapitalisasi pasar besar (big cap) yang masuk ke jajaran top gainers Jumat pekan lalu, yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO). Saham ARTO ditutup melesat 14,33% ke posisi harga Rp 8.775/saham.

Nilai transaksi saham ARTO pada Jumat pekan lalu mencapai Rp 316,74 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 37,97 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham ARTO sebesar Rp 102,94 miliar di seluruh pasar.

Sebelumnya pada Selasa pekan lalu, saham ARTO sempat masuk kembali ke jajaran top losers dan menyentuh batas auto rejection bawah (ARB).

Dari kinerja keuangannya pada kuartal I-2022, ARTO berhasil mencetak laba bersih Rp 19 miliar, berbalik dari setahun sebelumnya ketika merugi Rp 38 miliar.

Meski demikian, laba tersebut turun signifikan (-84%) dari kuartal sebelumnya akhir tahun lalu. Laporan riset Ciptadana Sekuritas Asia menyebut bahwa laba kuartal pertama tersebut juga lebih rendah dari perkiraan internal Ciptadana dan konsensus pasar secara keseluruhan.

Namun demikian, prospek Bank Jago sebagai bank digital dinilai masih terlihat potensial di mana ekonomi digital Indonesia diproyeksikan memberikan kontribusi terhadap GDP pada 2025.

Selain beberapa saham yang berhasil masuk ke jajaran top gainers, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Saham Top Losers

Saham emiten produsen garmen yakni PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) pun masuk ke jajaran top losers di posisi ke-5 pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Saham RICY ditutup ambles 6,9% ke level harga Rp 81/saham dan menyentuh level ARB-nya. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 2,29 miliar dan volume perdagangan mencapai 25,94 juta saham.

Dari kinerjanya, emiten garmen yang dikenal dengan produk pakaian dalam pria merk GT Man ini mencetak laba bersih sebesar Rp 2,1 miliar per kuartal I-2022.

Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan, penjualan neto RICY naik 6,98% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari semula Rp 1,28 triliun di tahun 2020 menjadi Rp 1,37 triliun di 2021. Meski pendapatan naik, RICY memikul rugi bersih tahun 2021 senilai Rp 66,25 miliar.

Pengerjaan produk menggunakan mesin seamless berteknologi tinggi yang diimpor dari Italia, perseroan saat ini memproduksi produk-produk unggulan berteknologi seamless untuk konsumen GT Man.

Namun, bisnis perseroan makin ketat. Di tengah kekhawatiran akan perundingan Indonesia-Bangladesh Preferential Trade Agreement (IB-PTA), Indonesia harus bersiap dengan masuknya produk Bangladesh, salah satunya adalah tekstil.

Selain itu, terdapat pula saham emiten rumah sakit Mitra Keluarga yakni PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), yang ambrol 6,89% ke posisi harga Rp 2.840/saham. Saham MIKA juga terkena level ARB-nya pada Jumat lalu.

Nilai transaksi saham MIKA mencapai Rp 29,74 miliar dan volume perdagangan mencapai 10,25 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham MIKA sebesar Rp 174,05 juta di pasar reguler.

Amblesnya saham MIKA terjadi karena pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia sudah jauh mereda hingga saat ini, sehingga hal ini menjadi kabar yang kurang menggembirakan bagi emiten farmasi dan pelayanan kesehatan, termasuk jasa rumah sakit.

Secara kinerja keuangan pada kuartal I-2022, laba bersih MIKA juga cenderung menurun menjadi Rp 295,23 miliar, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 373,69 miliar.

Pendapatan bersih perseroan pada kuartal I-2022 juga cenderung menurun menjadi Rp 1,09 triliun, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 1,2 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular