
Andai Tak Libur, IHSG Sepertinya Dibuka Menguat Tipis-tipis

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Tanah Air pada perdagangan Kamis (26/5/2022) tidak dibuka karena sedang libur nasional memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih.
Namun jika dibuka pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi dibuka menguat tetapi cenderung tipis. Bahkan bisa saja kembali bergelombang. Hal ini karena di bursa Asia cenderung beragam dengan mayoritas melemah pada hari ini.
Sedangkan pasar saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu kemarin berhasil ditutup cerah bergairah setelah beberapa hari sebelumnya mengalami koreksi.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Rabu kemarin, IHSG ditutup melemah 0,44% ke level 6.883,5. IHSG masih cenderung bergelombang pada pekan ini.
Meski kembali lesu kemarin, tetapi investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 145,13 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 40,54 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 104,59 miliar di pasar tunai dan negosisasi.
Adapun nilai transaksi indeks pada perdagangan Rabu kemarin mencapai sekitaran Rp 15 triliun dengan melibatkan 25 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 198 saham menguat, 320 saham melemah, dan 180 saham stagnan.
Dari bursa Asia, mayoritas mengalami pelemahan. Per pukul 09:06 Indeks Nikkei Jepang melemah 0,14%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,29%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,63%, dan ASX 200 Australia terpangkas 0,47%.
Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura melesat 0,95% dan KOSPI Korea Selatan menguat 0,25%.
Sementara di bursa AS atau Wall Street pada penutupan perdagangan Rabu kemarin, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,6%, S&P 500 melesat 0,9%, dan Nasdaq Composite melonjak 1,5%.
Pada hari ini tepatnya dini hari tadi, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) resmi mengumumkan hasil rapat edisi Mei 2022.
Hasil pertemuan The Fed pada 3-4 Mei mengisyaratkan bahwa The Fed akan segera menaikkan suku bunga acuan dengan cepat dan mungkin lebih dari prediksi pasar untuk memadamkan tekanan inflasi.
Risalah tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peserta menilai bahwa kenaikan 50 basis poin (bp) dalam kisaran target kemungkinan akan sesuai pada beberapa pertemuan berikutnya.
Selain itu, Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) mengindikasikan bahwa sikap kebijakan yang ketat mungkin menjadi tepat, tergantung pada prospek ekonomi yang berkembang dan risiko terhadap prospek tersebut.
Hal ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun sedikit berubah dan terhenti di 2,75%.
Baru-baru ini, kecemasan investor telah bergeser dari tingkat suku bunga acuan yang tinggi menuju ke potensi resesi karena inflasi yang mendekati level tertinggi 40 tahun.
Investor juga fokus pada ritel karena menjadi pemimpin kenaikan, setelah mayoritas indeks dibuka di zona merah. Pergerakan tersebut mengekor laporan bahwa para investor bersaing untuk mengakuisisi Kohl, sontak sahamnya melonjak 11,9% dan ETF Ritel SPDR S&P naik 6,8%.
Saham Nordstorm melonjak lebih dari 14% setelah mereka melaporkan penjualan yang melebihi ekspektasi pasar dan meningkatkan prospeknya tahun ini. Dick's Sporting Goods naik sekitar 9,7% karena kinerja keuangan yang baik, meskipun telah memangkas prospeknya.
Pengecer telah melakukan rilis kinerja keuangan sejak pekan lalu yang telah menarik perhatian investor yang ingin melihat bagaimana perusahaan menangani inflasi yang sangat tinggi.
Investor dan analis telah menunjukkan bahwa apa yang tampak seperti kehancuran ritel mencerminkan pergeseran permintaan konsumen untuk jasa daripada barang.
"Saya tahu semua orang fokus pada Walmart dan Target yang menakuti investor ketika melaporkan kinerja keuangan yang lemah pekan lalu, tapi mari kita fokus pada sesuatu seperti TJX yang meningkatkan panduan pendapatannya," tutur Kepala Investasi Hightower Stephanie Link yang dikutip dari CNBC International.
Saham diskresi konsumen dan energi menjadi performa terbaik dari indeks S&P 500, di mana sahamnya melesat yang masing-masing sebesar 2,8% dan 2%.
Bahkan dengan kenaikan hari ini, mayoritas indeks utama masih berada dekat dengan level terendahnya. Nasdaq yang mengungguli indeks lainnya pada Rabu kemarin, masih berada di zona bear market (zona penurunan), turun 29,5% dari level tertinggi selama 52 pekan.
Indeks S&P 500 yang telah berjuang untuk menghindari persimpangan ke bear market, sekarang berada di 17,4% dari rekor tertingginya, sementara indeks Dow Jones berada di 13% dari level tertingginya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000