
Hantu 'Inflasi' Nyata di AS, Harga Tembaga Dapat Berkahnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Paman Sam, dolar Amerika Serikat (AS), sedang layu karena tekanan inflasi. Hal ini kemudian mendorong harga tembaga menguat pada hari ini.
Pada Jumat (20/5/2022) pukul 14.11 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.460/ton, naik 0,21% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Klaim pengangguran mingguan secara tak terduga naik minggu lalu.Klaim tunjangan pengangguran baru tercatat sebanyak 218.000 dalam sepekan terakhir, naik dari 197.000 dari minggu sebelumnya.
Padahal jumlah orang Amerika yang menganggur berada pada level terendah sejak 1969 pada awal Mei.
Hal ini kemudian mendinginkan dolar karena pelaku pasar menilai inflasi sudah memiliki efek nyata. Para investor berbondong-bondong lari ke aset safe haven yang kemudian menekan dolar Amerika Serikar (AS).
Dollar Index yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, melemah 0,91% ke level 102,869 pada perdagangan kemarin.
Ini jadi katalis positif bagi tembaga yang dibanderol dengan dolar AS karena membuatnya lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Saat harga murah, permintaan akan naik. Harga pun mengikuti.
Meski demikian, harga tembaga dibayangi oleh perlambatan pemulihan ekonomi dunia karena kenaikan suku bunga The Fed.
Badan Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,6% yoy pada bulan April, susut 0,8% dari proyeksi bulan Januari. Proyeksi ini juga lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2021 sebesar 5,7% yoy.
Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari hal tersebut. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.
TIM RISET CNCB INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alamak! Omicron Masuk China, Tembaga Merana...