Jokowi Buka Keran Ekspor Lagi, Harga CPO Ambrol

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
20 May 2022 09:25
Pekerja membongkar buah sawit dari sebuah truk di sebuah pabrik kelapa sawit (CPO) di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur 4 Agustus 2014. REUTERS / Samsul Said / File Photo
Foto: Pekerja membongkar buah sawit dari sebuah truk di sebuah pabrik kelapa sawit di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur 4 Agustus 2014. REUTERS / Samsul Said / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) anjlok di sesi pembukaan perdagangan pada hari ini, Jumat (20/5/2022), setelah pemerintah Indonesia mengumumkan akan membuka kembali kegiatan ekspor CPO pada pekan depan. Bagaimana tren selanjutnya?

Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 07:50 WIB harga CPO dibanderol di level MYR 6.007/ton atau anjlok 1,07% dan menjadi level terendah sejak 12 April 2022.

Di sepanjang pekan ini, harga CPO telah terkoreksi 5,68% dan anjlok 4,85% secara bulanan. Meskipun, tetap naik 50,51% secara tahunan.

Secara teknis, Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, menilai bahwa harga CPO akan menguji titik resistance di MYR 6.099/ton, dan berpeluang naik ke titik target di kisaran MYR 6.213-6.354/ton.

CPO 20 meiSumber: Refinitiv

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan untuk melarang ekspor CPO dan produk-produk turunannya pada 28 April 2022, termasuk RPO (red palm oil), RBD (refined, bleached, deodorized) palm olein, pome, dan used cooking oil. Kebijakan tersebut telah bertahan selama tiga pekan.

Namun, pada Kamis (19/5), Jokowi kembali mengumumkan pembukaan larangan ekspor produk minyak sawit termasuk minyak goreng (migor) dan CPO. Pembukaan ekspor akan dimulai pada Senin, 23 Mei 2022.

Keputusan tersebut diambil meski harga migor curah belum mencapai target harga Rp 14.000/liter karena pemerintah mempertimbangkan kesejahteraan 17 juta pekerja di industri kelapa sawit yang telah tergerus pendapatannya sejak larangan ekspor CPO diberlakukan.


Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) yang diwakilkan oleh Sekjen Eddy Martono mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi keputusan pemerintah tersebut karena tangki penyimpanan sudah mencapai kapasitas penuh dan berharap kegiatan perkebunan segara kembali normal.

Melansir Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga migor curah pada Kamis (19/5) turun Rp 100 jadi Rp 18.950. Harga minyak goreng kemasan bermerek-I turun Rp 50 jadi Rp 26.800 dan bermerek-II turun Rp 50 jadi Rp 25.800. Harga tersebut adalah rata-rata nasional per kg.

Setelah pencabutan larangan ekspor CPO Indonesia diumumkan, harga minyak sawit berjangka Malaysia kemarin berakhir lebih rendah dan diperkirakan akan jatuh lebih dalam. Kontrak minyak sawit acuan di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 0,98% di MYR 6.072/ton (US$ 1.379,67/ton).

"Jumlah produksi yang kuat ditambah dengan persediaan CPO yang cukup, akan kembali membuka pintu bagi jumlah ekspor agresif ke luar Indonesia. Harga CPO Malaysia akan kembali menghadapi hambatan," tutur Direktur Pelindung Bestari Selangor Paramalingam Supramaniam yang dikutip dari Reuters.

Lantas, bagaimana reaksi negara importir CPO Indonesia? Simak di halaman berikutnya.

India merupakan negara importir terbesar CPO Indonesia, di mana India setiap tahun mengimpor sekitar 13-13,5 juta ton minyak nabati, dan sekitar 8-8,5 juta ton (63%) merupakan minyak sawit. Dari jumlah tersebut, 45-50% berasal dari Indonesia dan sisanya dari negara tetangga, yaitu Malaysia.

Namun, semenjak diberlakukannya larangan ekspor CPO Indonesia, India beralih ke CPO Malaysia karena kebijakan pemerintahannya dinilai lebih stabil.

"Ini seharusnya sangat melegakan bagi India dan pasti akan ada koreksi harga, tapi kami mulai hidup tanpa Indonesia dan meningkatkan sumber minyak sawit kami dari Malaysia dan Thailand," kata Presiden Asosiasi Ekstraktor Pelarut India (SEA) Atul Chaturvedi.

Dia juga menambahkan harga CPO akan terkoreksi karena di musim panas biasanya permintaan minyak nabati turun karena konsumsi gorengan berkurang.

Secara bulanan, sejak larangan ekspor CPO Indonesia diberlakukan, sekitar 300.000-325.000 ton minyak sawit yang berasal dari Indonesia ke India berhenti total dan telah terisi oleh pasokan dari Malaysia dan Thailand.

India juga memiliki persediaan yang memadai sekitar 2,1 juta ton dan ditambah dengan 1,2 juta ton minyak nabati dalam perjalanan. Artinya, ketika larangan ekspor diberlakukan, India memiliki konsumsi sekitar tiga bulan yang telah diamankan.

Nyatanya, tidak hanya harga CPO yang anjlok setelah larangan ekspor dicabut, tapi harga minyak kedelai sebagai substitusi CPO juga turun 1,6% kemarin.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), India menjadi negara tujuan ekspor CPO Indonesia terbesar pada periode Januari-Maret 2022, nilanya pun cukup signifikan sebesar US$ 411,5 juta. Namun, India terancam hengkang menjadi pembeli utama CPO Indonesia, yang artinya Indonesia berpotensi kehilangan pendapatan yang cukup signifikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular