Jokowi Buka Keran Ekspor Lagi, Harga CPO Ambrol

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
20 May 2022 09:25
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemul dengan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi di sela-sela KTT G20
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemul dengan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi di sela-sela KTT G20 di La Nuvola, Roma, Italia, pada Minggu, (31/10/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)

India merupakan negara importir terbesar CPO Indonesia, di mana India setiap tahun mengimpor sekitar 13-13,5 juta ton minyak nabati, dan sekitar 8-8,5 juta ton (63%) merupakan minyak sawit. Dari jumlah tersebut, 45-50% berasal dari Indonesia dan sisanya dari negara tetangga, yaitu Malaysia.

Namun, semenjak diberlakukannya larangan ekspor CPO Indonesia, India beralih ke CPO Malaysia karena kebijakan pemerintahannya dinilai lebih stabil.

"Ini seharusnya sangat melegakan bagi India dan pasti akan ada koreksi harga, tapi kami mulai hidup tanpa Indonesia dan meningkatkan sumber minyak sawit kami dari Malaysia dan Thailand," kata Presiden Asosiasi Ekstraktor Pelarut India (SEA) Atul Chaturvedi.

Dia juga menambahkan harga CPO akan terkoreksi karena di musim panas biasanya permintaan minyak nabati turun karena konsumsi gorengan berkurang.

Secara bulanan, sejak larangan ekspor CPO Indonesia diberlakukan, sekitar 300.000-325.000 ton minyak sawit yang berasal dari Indonesia ke India berhenti total dan telah terisi oleh pasokan dari Malaysia dan Thailand.

India juga memiliki persediaan yang memadai sekitar 2,1 juta ton dan ditambah dengan 1,2 juta ton minyak nabati dalam perjalanan. Artinya, ketika larangan ekspor diberlakukan, India memiliki konsumsi sekitar tiga bulan yang telah diamankan.

Nyatanya, tidak hanya harga CPO yang anjlok setelah larangan ekspor dicabut, tapi harga minyak kedelai sebagai substitusi CPO juga turun 1,6% kemarin.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), India menjadi negara tujuan ekspor CPO Indonesia terbesar pada periode Januari-Maret 2022, nilanya pun cukup signifikan sebesar US$ 411,5 juta. Namun, India terancam hengkang menjadi pembeli utama CPO Indonesia, yang artinya Indonesia berpotensi kehilangan pendapatan yang cukup signifikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular