Aji Mumpung! Ramai Produsen Batu Bara Ajukan Revisi Produksi

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 18/05/2022 16:25 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga batu bara yang saat ini sudah tembus nyaris ke angka US$ 400 per ton telah menjadi berkah tersendiri bagi produsen tambang. Adapun pada perdagangan Selasa (17/5/2022), harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Juni ditutup di level US$ 399,65 per ton.

Angka ini setidaknya menguat 5,8% dibandingkan dengan penutupan pada hari sebelumnya. Level harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak 9 Maret 2022 atau lebih dari dua bulan terakhir di mana pada saat itu harga batu bara menyentuh US$ 426,85 per ton.

Lantas dengan adanya kenaikan harga batu bara ini, apakah membuat produsen tambang bakal meningkatkan produksi?


Mengacu data MODI Kementerian ESDM, sampai pada 18 Mei 2022, produksi batu bara Indonesia sudah mencapai 210,41 juta ton atau mencapai 31,74% dari target produksi batu bara tahun ini yang mencapai 665 juta ton.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menilai bahwa kenaikan harga batu bara membuat sejumlah perusahaan besar berencana untuk merevisi RKAB. Namun demikian, ia tak mempunyai data secara rinci.

"Kami tidak punya datanya. Lebih ditanyakan ke pemerintah sebagai regulator yang mereview pengajuan RKAB dan memberikan persetujuan. Kalau beberapa perusahaan besar mereka sudah announced di Publik ada yang akan naikkan ada yang tetap," katanya.

Sementara, saat dikonfirmasi mengenai siapa saja perusahaan yang telah mengajukan revisi rencana kerja dan anggaran belanja atau RKAB, Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Lana Saria belum memberikan respon.

Sayangnya, mengingat harga batu bara yang sedang membara ini, salah satu produsen batu bara raksasa Indonesia, yakni PT Arutmin Indonesia belum berencana menggenjot produksi batu bara.

General Manager Legal & External Affairs PT Arutmin Indonesia Ezra Sibarani mengatakan pihaknya masih fokus untuk mencapai target di tahun ini. Pasalnya, perusahaan juga masih fokus untuk memenuhi komitmen dari kontrak yang sudah ada.

"Saat ini kita belum ada rencana untuk pengajuan revisi rencana kerja dan anggaran belanja atau RKAB. Kita coba penuhi dulu komitmen yang sudah ada termasuk untuk kebutuhan dalam negeri," kata dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/5/2022).

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba) Irwandy Arif mengungkapkan, menambah produksi batu bara di dalam negeri tak semudah seperti membuat pisang goreng. Artinya, sangat sulit dilakukan.

Pemerintah tahun ini membidik target produksi batu bara Indonesia mencapai 663 juta ton, di mana sebanyak 497,2 juta ton dijual keluar negeri (diekspor) dan sisanya 165,7 juta ton untuk dalam negeri.

"Pemerintah sampai saat ini masih tetap pada rencana, bahwa di 2022 produksi batu bara akan berada di sekira 660 juta ton, yang akan segera dibuatkan aturannya," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Senin (7/3/2022).

Lagi pula, imbuhnya, menaikkan produksi batu bara di Indonesia tak seperti menjual pisang goreng, di mana ketika permintaan naik, maka penjual atau produsen dengan mudah menaikkan jumlah ketersediaan pisang gorengnya.

Pasalnya, untuk meningkatkan produksi batu bara, maka diperlukan peralatan yang tidak banyak dijumpai di pasaran. Belum lagi sumber daya manusia yang memadai.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Produsen Batu Bara Ramai-Ramai Incar Bisnis LNG & EBT