Atasi Penurunan Harga Batu Bara, Begini Strategi BUMI Dongkrak Kinerja

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
28 July 2025 18:23
BUMI Siapkan Strategi Jangka Panjang Hadapi Dinamika Global
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbeda dari tahun 2024, tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan untuk perusahaan batu bara. Selain masalah cuaca, perusahaan batu bara dihadapkan pada fluktuasi harga batu bara global. Kondisi ini membuat perusahaan batu bara putar otak untuk mendorong kinerjanya.

Hal ini diakui oleh Advisor PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Christopher Fong. Ia mengatakan, tahun lalu BUMI berhasil membukukan kinerja positif berkat faktor kenaikan harga batu bara. Bahkan, menurut dia, pada waktu itu beberapa tahun terakhir harga batu bara berada di level yang menguntungkan.

Kondisi tersebut membuat BUMI berhasil membukukan kinerja positif dengan membukukan laba bersih secara konsolidasi mencapai sebesar US$ 170,9 juta pada 2024. Jumlah ini tumbuh 45,5% dibandingkan dengan tahun 2023 yang sebesar US$117,4 juta.

Sementara laba periode tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk tercatat sebesar US$ 67,5 juta atau tumbuh 517,8% dibanding periode sama tahun sebelumnya US$ 10,9 juta.

"Selain itu, kurang lebih 12 tahun, kami telah menjalankan rencana untuk melakukan efisiensi biaya operasional. Sebagian berasal dari itu, namun sebagian besar tetap dipengaruhi oleh fluktuasi harga batu bara levelnya saat itu," ungkap dia dalam Emiten Reports 2025 CNBC Indonesia, Senin (28/7/2025).

Di sisi lain, BUMI juga konsisten dalam hal menjaga produksi batu bara. Di mana kapasitas produksi BUMI konsisten berkisar di 75 hingga 80 juta ton per tahun.

"Angkanya berfluktuasi antara 75-80 ton. Jadi, peningkatan kinerja (2024) lebih disebabkan oleh penghematan biaya dan haga batu bara," ungkap Christopher.

Melihat harga batu bara yang mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, BUMI pun lanjutnya akan fokus melakukan transisi dan masuk ke sumber pendapatan baru dengan beralih ke mineral kritis.

"Sebagai bagian dari strategi yang telah kami terapkan dalam dua tahun terakhir di bawah kepemimpinan direktur kami saat ini, kami sedang memasuki masa transisi. Kami tetap mempertahankan kehadiran dan volume produksi batu bara termal, namun kami juga mulai beralih ke pasar transisi di mana kami beralih ke mineral penting dan pemrosesan hilir untuk mengimbangi fluktuasi harga batu bara," terangnya.

Untuk diketahui, harga batu bara menunjukkan tren pergerakan yang volatil dalam beberapa waktu terakhir. Harga batu bara pun sempat mengalami kenaikan berkat dukungan Vietnam, Jepang, dan Australia yang meningkatkan permintaannya terhadap komoditas tersebut.

Permintaan batu bara di negara-negara tersebut mengalami peningkatan. Ditambah ada gangguan pasokan dari Australia dan eskalasi perang yang meningkat antara Israel dan Iran.

Pada 2025, BUMI menargetkan produksi batu bara hingga 79-81 juta ton. Dari jumlah tersebut, Kaltim Prima Coal (KPC) akan berkontribusi terhadap produksi batu bara sebanyak 55-56 juta ton sedangkan Arutmin diperkirakan akan memproduksi batu bara sebesar 25-26 juta ton.

"Kami sangat stabil dalam hal produksi. Kami adalah eksportir batu bara termal terbesar di dunia, dan juga memasok dalam jumlah besar untuk kebutuhan domestik," pungkas Christopher.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Naik Tajam, Laba Bersih Bumi Resources (BUMI) Melonjak 45,5% di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular