Hati-Hati, Harga Batu Bara Betah Tinggi Ada Risikonya lho..

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
18 May 2022 12:20
Daftar Konglomerat yang Makin Tajir Gegara Batu Bara
Foto: infografis/Daftar Konglomerat yang Makin Tajir Gegara Batu Bara/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara tak berhenti menanjak. Pada perdagangan Selasa (17/5/2022), harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Juni ditutup di level US$ 399,65 per ton, menguat 5,8% dibandingkan dengan penutupan pada hari sebelumnya.

Level harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 9 Maret 2022 atau lebih dari dua bulan terakhir di mana pada saat itu harga batu bara menyentuh US$ 426,85 per ton.

Kenaikan kemarin juga membawa harga emas hitam mendekati level US$ 400 per ton, serta harga tertingginya di angka US$ 446 per ton pada 2 Maret 2022.

Lonjakan harga batu bara yang saat ini terus berlanjut memang menjadi berkah tersendiri bagi Indonesia. Bahkan, pada April 2022 nilai ekspor RI tercatat menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah RI merdeka.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia pada April 2022 melampaui US$ 27 miliar naik 47,76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Salah satu pendorong utama lonjakan ekspor adalah pertambangan yang mencapai US$ 6,41 miliar atau tumbuh 182,48% secara yoy dan 18,58% secara month to month (mtm). Batu bara adalah penyumbang terbesar, sehingga Indonesia bak ketiban "durian runtuh".

"Kenaikan (ekspor) batu bara karena kenaikan harga," kata Kepala BPS Margo Yuwono saat konferensi pers, Selasa (17/05/2022).

Namun ingat, di sisi lain, lonjakan harga batu bara ini juga mengandung risiko yang bakal ditanggung jika harga emas hitam ini betah di posisi teratas dalam waktu lama.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menilai bahwa kenaikan harga batu bara yang terlalu lama juga akan menimbulkan risiko tersendiri bagi negara. Setidaknya negara dihadapkan dengan terjadinya inflasi karena terdapat peningkatan produk yang dihasilkan baik dalam negeri maupun yang diimpor dari luar negeri.

"Karena semua tergantung pada harga energi yang digunakan dalam proses produksinya. Seperti salah satunya barang-barang impor dan dalam negeri itu semen, mungkin bisa naik harga jualnya," kata dia dalam acara Closing Bell, CNBC Indonesia, Selasa (17/5/2022).

Lebih lanjut, menurutnya kenaikan harga batu bara yang terus berlanjut juga berpotensi menyebabkan suplai batu bara untuk kebutuhan pembangkit listrik PLN bisa kembali tersendat. Apalagi, imbuhnya, terdapat disparitas harga yang cukup tinggi antara harga jual khusus domestik (Domestic Market Obligation/DMO) yang telah dipatok sebesar US$ 70 per ton dengan harga internasional yang sudah menembus angka di atas US$ 300 per ton, bahkan nyaris US$ 400 per ton.

"Kemudian bisa meningkatkan penambangan tanpa izin, saat ini marak terjadi apabila tidak dibarengi dengan pengawasan dari penegakan hukum yang konsisten karena bisa menyebabkan kerusakan lingkungan dan kerugian negara karena kehilangan potensi pendapatan negara," ujarnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Meroket, Tapi Produksi RI Susah Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular