Ramai-Ramai Taipan Batu Bara Ekspansi ke Nikel-Mobil Listrik!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Rabu, 18/05/2022 13:08 WIB
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan batu bara kini berbondong-bondong berekspansi ke bisnis pertambangan nikel hingga ekosistem kendaraan listrik, kenapa? Apakah ancaman "kiamat" batu bara benar-benar di depan mata, sehingga perusahaan batu bara memilih untuk memulai bisnis di sektor lainnya?

Menurut Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), ekspansi bisnis perusahaan batu bara ke pertambangan nikel, bahkan ekosistem kendaraan listrik ini karena dipicu oleh rencana bisnis jangka panjang perusahaan.

"Bagi perusahaan batu bara, berkah dari harga komoditas akhir-akhir ini sebagian digunakan untuk investasi dan investasi ke ekosistem kendaraan listrik, termasuk ke nikel, tentu jadi salah satu yang menjanjikan," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/05/2022).


"Untuk jangka panjang, batu bara sebagai non-renewable energy tentu saja perannya akan secara bertahap tergantikan oleh energi terbarukan," lanjutnya.

Sementara dari sisi produksi batu bara, menurutnya perusahaan batu bara tetap akan memproduksi sesuai dengan umur cadangan batu bara yang dimiliki.

"Dalam jangka pendek prospek permintaan (batu bara) cukup menguat, meski ada sedikit pengurangan akibat kebijakan zero Covid policy di Tiongkok, tapi itu tidak akan berlangsung lama," tuturnya.

Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesian Mining Association (IMA) Djoko Widajatno. Djoko menilai, ekspansi bisnis perusahaan tambang batu bara ke bisnis tambang nikel hingga ekosistem kendaraan listrik ini pada dasarnya untuk meningkatkan kinerja keuangan dan kinerja manajemen.

Selain itu, lanjutnya, yang tak kalah penting yaitu terkait persiapan menuju transisi energi.

"Untuk memenuhi tujuan tersebut mereka melakukan diversifikasi usaha," ujarnya.

Namun demikian, menurutnya perusahaan batu bara diperkirakan tidak akan meninggalkan bisnis batu bara ini. Menurutnya, bisnis batu bara akan tetap menjadi prioritas perusahaan, terutama karena dalam jangka pendek atau setidaknya 10 tahun ke depan, permintaan batu bara dunia diperkirakan masih akan tetap tinggi.

"Permintaan India dan China yang sedang mengalami musim panas butuh energi untuk pendinginnya, jika memungkinkan mereka minta untuk ditambah, Jepang, dan Korea, Hongkong, dan Singapura, dan lain-lain juga," tuturnya.

Menurutnya, karena permintaan batu bara diperkirakan masih akan tetap tinggi, sambil menyiapkan energi bersih, dan tentunya kalau berhasil membuat batu bara adalah energi yang bersih dan mengurang emisi CO2, sehingga produksi batu bara diperkirakan tetap tinggi dalam rangka menggapai keuntungan untuk membiayai lahirnya energi bersih tersebut.

"Ini murni diversifikasi dan juga menginvestasikan hasil dari batu bara ke industri nikel dan lainnya," ucapnya.

Djoko mengatakan, karena pada umumnya perusahaan batu bara masih memiliki izin tambang 10 tahun lagi dan dapat diperpanjang, maka perusahaan akan mempertahankan produksi yang tinggi sehubungan permintaan pelanggan dan keuntungan yang diperoleh.

Lantas, kapan produksi batu bara diperkirakan akan mengalami penurunan?

"Belum ada revisi RUEN (Rencana Umum Energi Nasional), jadi penurunan pemakaian batu bara baru terlihat di tahun 2050, dengan harapan energi bersih segera dapat menggantikan batu bara," tuturnya.

Lantas, perusahaan mana saja yang berekspansi ke bisnis nikel hingga ekosistem kendaraan listrik ini? Simak di halaman berikutnya..


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Produsen Batu Bara Ramai-Ramai Incar Bisnis LNG & EBT

Pages