
Ramai-Ramai Taipan Batu Bara Ekspansi ke Nikel-Mobil Listrik!

Sejumlah perusahaan tambang batu bara telah mengembangkan sayap bisnisnya ke tambang nikel hingga ekosistem kendaraan listrik. Siapa saja perusahaan yang berekspansi tersebut? Berikut ulasan lengkapnya.
1. PT Harum Energy Tbk (HRUM)
Pada awal 2021 lalu, salah satu emiten batu bara PT Harum Energy Tbk (HRUM) telah mengakuisisi saham perusahaan nikel PT Position milik Aquila Nickel Pte Ltd yang tercatat berbasis di Singapura sebesar 51%.
Akuisisi PT Position ini merupakan akuisisi perusahaan nikel kedua setelah mengakuisisi Nickel Mines Limited asal Australia pada Juni 2020 lalu. Usai mengakuisisi dua perusahaan nikel tersebut, HRUM menargetkan kontribusi nikel terhadap pendapatan perusahaan bisa mencapai 75%-80% pada 2026 mendatang.
Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara saat wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (17/02/2021) lalu sempat mengatakan bahwa komoditas nikel yang kini menjadi primadona di tengah gencarnya transisi ke mobil listrik juga menjadi salah satu pendorong perusahaan batu bara ini berekspansi ke bisnis tambang nikel.
"Market antusias sekali dengan segala kegiatan menyangkut nikel, terlihat dari pergerakan saham. Saya rasa antusiasme beralasan karena optimisme pasar atas berkembangnya mobil listrik yang akan meningkatkan demand nikel," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (17/02/2021).
Ray mengatakan, investasi untuk tambang nikel yang tercatat di Australia kurang lebih US$ 54 juta dan US$ 80 juta untuk akuisisi di PT Position.
Lalu, pada Februari 2021 perusahaan tambang yang dimiliki Taipan Kiki Barki ini, melalui anak usahanya PT Tanito Harum Nickel, juga membeli 259.603 saham baru atau 24,5% dari jumlah saham yang dikeluarkan oleh PT Infei Metal Industry atau PT IMI dengan harga jual beli sebesar US$ 68,60 juta.
Nilai akuisisi ini setara dengan Rp 960,40 miliar.
PT IMI adalah perusahaan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia dan bergerak di bidang pemurnian nikel (smelter).
Ray mengatakan, tujuan dari transaksi ini adalah untuk mengembangkan kegiatan usaha hilir penambahan nikel milik perusahaan ke tahap pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah.
"Tidak ada dampak material dari pembelian saham tersebut terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha," katanya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (22/2/2021).
2. PT Petrosea Tbk (PTRO)
Perusahaan jasa tambang batu bara ini juga memutuskan untuk mendiversifikasikan usahanya ke jasa tambang nikel.
Presiden Direktur Petrosea Hanifa Indradjaya sempat mengatakan, Petrosea merespons kebijakan global saat ini dengan melakukan diversifikasi usaha dan mengembangkan model bisnis terbarukan.
Petrosea pun kini mulai melakukan diversifikasi bisnis dengan merambah ke industri pertambangan mineral lainnya seperti bauksit, emas dan nikel.
"Business model terbarukan yang diimplementasikan adalah dengan memanfaatkan teknologi terkini sebagai enabler Petrosea untuk mendukung transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT)," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (12/05/2022).
Dalam menghadapi tantangan netral karbon ini, perusahaan menginisiasikan strategi 3D, yakni Diversifikasi, Digitalisasi, dan Dekarbonisasi.
Diversifikasi maksudnya yaitu perusahaan berencana mengurangi ketergantungan pada kontrak pertambangan batu bara dan merambah ke industri pertambangan lainnya, seperti bauksit, emas, dan juga nikel yang berperan dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.
Sementara digitalisasi, perusahaan telah melakukan transformasi digital melalui Project Minerva sejak 2018, serta mengembangkan model bisnis terbarukan dengan mengadopsi solusi teknologi digital dan jasa konsultasi terintegrasi.
Hanifa mengakui bahwa selama 50 tahun perusahaan berkiprah, tantangan besar yang dihadapi adalah terkait ketidakpastian dan volatilitas dari sektor pertambangan batu bara dan perekonomian global.
Dengan digitalisasi, maka menurutnya Petrosea juga terus mengedepankan cara kerja baru yang lincah agar perusahaan selalu siap dalam menghadapi kondisi global yang berubah-ubah tersebut.
Dia mengatakan, transformasi digital dilaksanakan untuk memicu transformasi Petrosea secara menyeluruh melalui berbagai inovasi teknologi, inisiatif change management serta pemutakhiran mata rantai di seluruh elemen perusahaan.
"Tujuannya adalah menjadikan Petrosea sebagai organisasi yang lebih lincah dan cost effective untuk terus memperkuat kinerjanya," ujarnya.
Sementara terkait dekarbonisasi, menurutnya ini erat kaitannya dengan unsur diversifikasi. Perusahaan berkomitmen untuk memperbanyak kontrak-kontrak dengan perusahaan tambang non emisi, serta pendukung program energi baru terbarukan pemerintah.
Dia mengatakan, perusahaan juga berkomitmen untuk memprioritaskan unsur lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik atau Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam menjalankan setiap aktivitasnya untuk mendukung tujuan pengembangan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs).
Strategi 3D ini menurutnya sebagai upaya strategis untuk menjaga keberlanjutan usaha, serta mendukung upaya pemerintah dalam menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dan melakukan value creation bagi seluruh stakeholder.
"Melalui implementasi strategi 3D, diharapkan ke depannya Petrosea akan menjadi sustainable technology resources company demi mendukung transisi energi ke energi baru terbarukan dan pengembangan sumber daya mineral lainnya," jelasnya.
(wia)