
38 Perusahaan Bakal IPO Hingga Saran Sandi Uno Soal Kripto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,70% di level 6.644,47 mengawali perdagangan pekan ini, Selasa (17/5/2022). IHSG sukses menghijau setelah pekan lalu terkoreksi 5 hari beruntun.
IHSG konsisten bergerak di zona hijau, meski sempat terlempar sedikit ke zona merah di awal-awal perdagangan. IHSG bergerak di rentang 6.574,14 - 6.703,05.
Asing terpantau mulai masuk ke pasar saham dengan net buy Rp 165 miliar di seluruh pasar dengan nilai transaksi total mencapai Rp 16,1 triliun.
Saham BBRI dan KLBF menjadi yang paling banyak diborong dengan net buy Rp 353 miliar dan Rp 168 miliar. Sedangkan saham TLKM dan BBCA menjadi yang paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp 201 miliar dan Rp 194 miliar.
Cermati kabar emiten sebelum memulai perdagangan hari ini, Rabu (18/5/2022):
1. Debut di BEI, Saham OLIV Sempat Sentuh ARA 10% Lalu Stagnan
Emiten furnitur online PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV) atau Oscar Living resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi emiten ke-20 tahun ini, Selasa (17/5/2022).
Saham OLIV tercatat di papan akselerasi BEI. Saham OLIV dibuka di zona hijau sesaat setelah pembukaan perdagangan.
Saham emiten dengan kode OLIV ini sempat menyentuh auto reject atas (ARA) naik 10% atau 10 poin ke level Rp 110 per saham pada pukul 09.54 WIB.
Namun pada pukul 10.50 WIB, saham OLIV stagnan di level Rp 100 per unit. Pada perdagangan pagi ini, saham OLIV diperdagangkan dalam rentang harga Rp 100 - Rp 110.
Dalam sambutannya pada pembukaan pasar hari ini, Direktur Operasional OLIV, Stephani Andiriana Suhanda mengatakan pencatatan ini menjadi peluang bagi Oscar Living untuk memperkuat struktur permodalan yang didukung publik.
"Dengan dukungan tersebut kami akan menjangkau pelanggan ke seluruh Nusantara dan menawarkan produk-produk bermanfaat sehingga berkontribusi pada pembangunan bangsa," pungkas Stephani.
Sebagai perusahaan furnitur berbasis online melalui platform marketplace yang ada saat ini, Perseroan berhasil mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia untuk berbelanja produk "High Touch" secara daring.
Oscar Living akan terus menambah berbagai produk-produk baru, baik brand maupun sub-kategori seperti Laundry & Cleaning, Baby Furniture, Plastic Furniture untuk melengkapi portfolio perusahaan sehingga dapat meningkatkan penjualan.
2. Laba Naik 25x Lipat Tapi Saham Anjlok 36%, WIFI Bisnis Apa?
Kinerja saham memang biasanya merupakan cerminan dari kinerja finansial perusahaan secara luas. Namun, hal ini tidaklah mutlak. Tak jarang, situasinya justru berkebalikan, seperti apa yang sedang terjadi PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).
Perusahaan holding yang melakukan investasi dalam bidang periklanan serta produk dan layanan digital tersebut sahamnya menyusut nyaris sepertiga hingga perdagangan Selasa (17/05) pagi ini.
Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan akhir pekan lalu (13/5), saham WIFI telah melemah hingga 36,36%. Pelemahan ini terjadi mengabaikan kinerja keuangan fantastis perusahaan yang terbit di keterbukaan informasi Kamis (12/5) pekan lalu.
Dalam keterangan tersebut, perusahaan menyebut bahwa kinerja laba bersih mengalami kenaikan hingga 25 kali lipat pada 2021 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laba bersih tahun berjalan tercatat sebesar Rp 24,8 Miliar, atau naik sebesar 2584% dibanding tahun 2020 sebesar Rp 924 Juta.
Kinerja positif tersebut ditopang oleh pendapatan yang terdongkrak 723% sepanjang tahun lalu, menjadi sebesar Rp 390,9 miliar dari semula Rp 47,5 miliar.
WIFI diketahui didirikan tahun 2012 dan merupakan emiten terakhir yang melantai di Bursa Efek Indonesia tahun 2020 lalu, dengan sahamnya pertama kali ditransaksikan oleh publik tepat pada hari terakhir perdagangan bursa tahun tersebut.
Pada saat penawaran perdana, Menteri Komunikasi dan Informatika tahun 2014-2019 Rudiantara dan eks bos Indosat Ooredoo, Alexander Steven Rusli tercatat sebagai pemegang saham yang juga menjabat sebagai sebagai komisaris perusahaan. Rudiantara saat ini tercatat masih menjabat sebagai komisaris utama perusahaan.
Mengacu situs perusahaan, cikal bakal WIFI dimulai dari perusahaan startup media luar ruang pada transportasi masal MacroAd. Perusahaan berdiri sebagai media iklan berbentuk baru yang terdiri dari cloud-based software, topologi jaringan antar kereta dan layar digital. Saat ini perusahaan juga fokus bergerak di bisnis backbone fiber optik.
3. India Setop Ekspor Gandum, Berlindunglah di UNVR dan SIDO
Larangan ekspor gandum yang diberlakukan India diprediksi akan berdampak pada kinerja emiten Tanah Air.
Riset pasar BRI Danareksa Sekuritas menyebut kebijakan tersebut secara negatif akan berdampak pada laba dan performa saham Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan Mayora Indah (MYOR).
Sebaliknya, menurut pendapat Danareksa, bahwa investor dapat berlindung di dua saham defensif yakni Unilever Indonesia (UNVR) dan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO).
Keputusan untuk menangguhkan sementara ekspor gandum ke luar negeri diambil oleh India untuk melindungi kebutuhan dalam negeri negara itu yang saat ini sedang mengalami lonjakan harga.
Selain itu rekor bulan Maret terpanas menyebabkan penurunan hasil panen hingga 50% dan menambah gesekan pada rantai pasok gandum yang sudah mulai ketat semenjak konflik pecah di Eropa Timur akhir Februari lalu.
Kebijakan larangan ekspor tersebut diprediksi bisa berpotensi mengakibatkan harga makanan naik, di antaranya mie instan.
Namun, kalangan pengusaha tampaknya terlihat tenang menghadapi kebijakan tersebut. Pasalnya, India bukan satu-satunya negara yang menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan gandum di dalam negeri.
Afirmasi tersebut datang dari Ketua Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Ratna Sari Loppies, yang mengatakan kepada CNBC Indonesia, Selasa (17/5/22) ini bahwa gandum dari India "kecil impornya."
Meski demikian, dampak larangan ekspor ini tetap sangat terasa bagi emiten yang bergantung pada gandum sebagai bahan baku utama karena harga gandum melonjak hingga 12,5% dalam sepekan mengikuti berita pengumuman tersebut.
Danareksa mencatat paparan akan tingginya harga impor gandum menyebabkan harga pokok penjualan (cost of goods sold/COGS) MYOR akan meningkat hingga 16%, sedangkan untuk ICBP naik 15% dan pada akhirnya dapat memukul kinerja laba perusahaan.
Sebelumnya Indofood telah menyampaikan bahwa suplai gandum mereka sebagian besar berasal dari Australia, dengan pasokan lainnya datang dari India dan Amerika Selatan dengan stok gandum cukup untuk 3-4 bulan produksi.
4. Penopang Bundamedik Bukan Lagi Dari Covid
PT Bundamedik Tbk (BMHS) mencatatkan pertumbuhan pendapatan terkonsolidasi sebesar 49% menjadi Rp 1,71 triliun dari pendapatan di periode yang sama pada 2020 sebesar Rp 1,148 Triliun. Hasil kinerja ini ditopang pertumbuhan kuat dari seluruh lini bisnis utama atau bisnis non-covid perusahaan.
Ivan Sini, SpOG selaku Komisaris Utama BMHS mengatakan pertumbuhan tersebut turut mendorong kenaikan laba bersih perusahaan sebesar 166% menjadi Rp 315 miliar hingga kuartal IV 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 118 miliar.
"Fundamental perusahaan yang kuat juga tercermin dari neraca keuangan yang sehat, sehingga memberikan ruang besar bagi perusahaan untuk mendorong pertumbuhan fase selanjutnya," kata dr Ivan dalam keterangan resmi, Selasa (17/5/2022).
Tahun ini, perusahaan juga akan untuk terus merealisasikan target ekspansi nasional dan penguatan core business dalam ekosistem BMHS. Hingga 2021, BMHS telah mampu melayani hampir 150 juta masyarakat yang tersebar 10 provinsi lewat kehadiran enam rumah sakit, 10 klinik Morula IVF, dan 34 jaringan laboratorium Diagnos.
Sebesar 67% dari total pertumbuhan pendapatan BMHS selama 2021 berasal dari pendapatan layanan rumah sakit yang naik sebesar Rp 376 miliar atau tumbuh sebesar 47%. Sementara Morula IVF yang juga merupakan salah satu bisnis utama BMHS berkontribusi sebesar 30% terhadap total pendapatan terkonsolidasi selama 2021, dengan kenaikan pendapatan mencapai Rp 169 miliar atau naik sebesar 50%. Secara keseluruhan, pendapatan dari layanan non-COVID naik sebesar 27%.
"Seluruh lini bisnis utama BMHS sukses mencatatkan sejumlah pencapaian penting selama 2021. Rumah Sakit Bunda Group berhasil membuka dua rumah sakit ibu dan anak di Bali dan Palembang di tengah pandemi," jelas dr Ivan.
Hingga 2021, total jumlah tempat tidur RSU Bunda naik 42%. Di awal 2022, sebagai pionir pengembangan inovasi bedah robotik di Indonesia, RSU Bunda juga berhasil melakukan operasi robotik pertama di Indonesia untuk pengangkatan prostat.
Selanjutnya, layanan Morula IVF, penyedia layanan bayi tabung tumbuh sebesar 42%. Di sisi lain, unit bisnis laboratorium BMHS yaitu Diagnos tumbuh dua kali lipat dengan penambahan 19 laboratorium baru di tahun yang sama. Total tes non-COVID yang dilakukan oleh Diagnos juga naik sebesar 59% selama 2021.
5. Tidak Ada Gelombang Penundaan IPO Akibat Kejatuhan IHSG
Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan tidak ada gelombang penundaan initial public offering (IPO) akibat kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi sepanjang pekan lalu.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebut, hingga 10 Mei 2022, terdapat 38 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham. Sampai saat ini, perusahaan yang berada pada pipeline pencatatan saham bursa tersebut merupakan perusahaan yang masih dalam proses IPO dan sesuai jadwal.
"Berdasarkan catatan kami sampai dengan tanggal 13 Mei 2022, dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang lalu, jumlah perusahaan yang melakukan penundaan IPO relatif berkurang. Kami berharap seluruh perusahaan yang berada pada pipeline pencatatan saham, dapat segera mencatatkan sahamnya di bursa," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setya, kepada awak media, Selasa (17/5/2022).
Menurutnya, perusahaan yang telah merencanakan IPO dan telah menyampaikan dokumen pernyataan pendaftaran maupun permohonan pencatatan tentunya telah merencanakan rencana tersebut dengan matang. "Kami berharap, perusahaan yang berencana IPO dapat merealisasikannya sesuai rencana," imbuh Nyoman.
Penundaan IPO memang bisa saja terjadi. Penundaan ini dapat disebabkan berbagai faktor, baik faktor internal perusahaan maupun faktor eksternal perusahaan.
Faktor eksternal perusahaan diantaranya adalah kondisi pasar modal yang kurang kondusif, perubahan peraturan, dan lain-lain. Sedangkan faktor internal perusahaan misalnya perusahaan memperoleh investor strategis yang dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan, restrukturisasi grup perusahaan.
Namun, situasi saat ini berbeda. "Kalau memang ada yang menunda, tidak kami masukkan pipeline, jadi semua masih on schedule," tegas Nyoman.
"Dalam hal kondisi ekonomi maupun pasar modal sudah relatif kondusif, kami memperkirakan perusahaan-perusahaan tersebut dapat menyampaikan kembali permohonan pencatatan kepada bursa," harap Nyoman.
Adapun hingga 17 Mei 2022, terdapat 20 emiten baru melantai di BEI. Emiten furnitur online PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV) atau Oscar Living resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi emiten ke-20 tahun ini.
6. Kripto Ambyar, Waktunya Beli? Jangan Buru-Buru, Baca Dulu Nih
Harga aset kripto Terra LUNA yang ambyar menyedot perhatian publik. Meski demikian, ada yang berpendapat justru saat ini adalah waktu yang tepat untuk beli mumpung harganya sedang jeblok.
Hal itu juga yang ditanyakan oleh pengusaha Sandiaga Uno, yang juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kepada Timothy Ronald, Co-Founder Ternak Uang, dalam akun YouTube-nya Sandiuno TV, Minggu malam (15/5/2022).
"Ada tips buat orang-orang yang baru invest di kripto? Apalagi kripto sekarang sudah jadi means of payment," tanya Sandi.
Ya, Gucci sudah terima (pembayaran pakai) Bitcoin. Kalau saya nggak suka time the market, tapi sisihkan saja portofolionya kecil-kecil. Mungkin 2-3%, misal mau invest Rp 10 juta setiap bulan, coba 2% cicil beli Bitcoin," jawab Timothy.
Terkait ambruknya kripto, Sandi Uno pun kembali mengingatkan soal basic investasi dalam hal penempatan aset dalam portofolio investasi.
"Kalau mau belajar (investasi di kripto) itu maksimum 5% dari portfolio investasi, waktu itu saya bilang very small allocations. Tapi ternyata banyak yang against our advice, ada yang sampai majority didominasi oleh kripto investment," ujarnya.
Timothy mengatakan, target price Bitcoin dari para fund manager besar itu sangat tinggi. Bahkan, ada pihak yang memprediksi harga Bitcoin bisa mencapai US$ 1 juta pada 2030, dari posisi saat ini sekitar US$ 30.000 per koin.
"Saya melakukan hal yang agak bodoh. Saat LUNA 0,1 rupiah, saya beli. Sekarang harganya naik sampai sekitar 4-5 rupiah, 1.400% dalam waktu 3-6 jam. Kripto kadang bisa aneh-aneh. Tapi apakah sekarang waktu yang tepat untuk beli? Coba saja (beli) Bitcoin, Ethereum yang besar-besar, jangan beli yang altcoin dulu," sarannya.
Menurut Timothy, pergerakan harga koin kripto lain akan mengikuti anchor-nya yaitu Bitcoin. Kalau Bitcoin naik, altcoin yang kecil-kecil juga akan naik.
"Mungkin 2024 sampai 2025, ini mungkin winter-nya bisa lumayan lama. Bitcoin mungkin bisa US$ 30.000 - US$ 40.000, tapi saya juga nggak suggest orang untuk market timing, karena nggak ada yang tahu," jelasnya.
Sandi menambahkan, tidak ada waktu yang tepat untuk berinvestasi. Tetaplah berinvestasi meski kondisi sedang naik turun, bukan malah keluar. Misalnya meski saat ini di tengah kabar aset kripto yang sedang anjlok. Menurutnya, yang harus dilakukan jika ada salah satu aset yang jatuh adalah mengevaluasi portofolio.
"You stay invested, never timing the market. Reallocation, switching portfolio. Kalau lagi jatoh itu kita nggak pernah bisa menebak dengan tepat saat masuk ke dalam satu investasi, tunggu saat mereka stable," ujarnya dalam Sandiuno TV, dikutip Selasa (17/5/2022).
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dividen Jumbo Astra Hingga Stock Split Harum Energy