Pemicu Kiamat Kripto: UST, Luna, Bitcoin

CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
17 May 2022 16:05
Resmi!  Aset Bicoin Cs jadi Incaran Pajak, Begini tarif dan hitungannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kritpo sedang kolaps. Stablecoin Terra USD (UST), Luna, bahkan hingga safe haven versi kripto, Bitcoin, pun tak luput dari penurunan tajam.

Rupanya, ketiga koin itu memang memiliki andil dalam penurunan pasar kripto selama sepekan kemarin. Hal ini setidaknya disampaikan oleh CEO dari platform manajemen aset kripto NOBI, Lawrence Samantha, dalam Youtube Channel Pandu Sjahrir.

Basis atau underlying kripto ada dua. Pertama, mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Underlying tradisional ini tidak masalah di kondisi saat ini.

Kedua, underlying berupa algortimic stable token. Underlying terakhir ini yang menjadi basis Luna, yang secara tidak langsung turut mempengaruhi underlying UST.

"Luna ini ada harganya? Beberapa waktu lalu, ada. Satu UST bisa ditukar dengan luna setara senilai US$ 1," terang Lawrence dikutip Selasa (17/5).

Sedang, di balik Luna, ada lembaga bernama Luna Foundation Guard alias LFG. Berhubung kripto juga memiliki unsur kepercayaan, LFG menambah bitcoin sebagai cadangan atawa reserve yang nantinya membantu memberikan jaminan.

Lihat Halaman Berikutnya >>>

Nilai UST pekan lalu jatuh. Inilah awal kejatuhan pasar kripto secara sistemik.

Organisasi nirlaba berbasis di Singapura yang dirancang untuk mempertahankan harga UST, yakni Luna Foundation Guard (LFG) merilis pernyataan pada Senin (16/5/2022) yang mendokumentasikan bagaimana LFG mencairkan kripto senilai jutaan dolar dalam upayanya untuk memulihkan kejatuhan UST.

Dalam laporan yang dirilis, LFG mengatakan telah mentransfer lebih dari 50.000 bitcoin untuk diperdagangkan dengan rekanan pada 8 Mei, karena harga UST awalnya mulai merosot.

Dikatakan bahwa dana tersebut digunakan untuk mengeksekusi on-chain swap dan mentransfer BTC ke rekanan sehingga memungkinkan mereka memasuki perdagangan dengan Foundation dalam ukuran besar dan dalam waktu singkat.

Pada Kamis pekan lalu 12 Mei, LFG mengatakan 30.000 Bitcoin dari cadangannya dijual oleh Terraform Labs, perusahaan asli di belakang Terra, sebagaimana hal ini dilakukan dalam upaya terakhir untuk mempertahankan UST.

LFG juga mengatakan bahwa dana ini akan digunakan untuk mengkompensasi sisa pengguna UST, utamnya para pemegang terkecil terlebih dahulu.

Total, LFG mencatat bahwa cadangan Bitcoin-nya hampir habis dari sekitar 80.000 BTC menjadi 313 BTC. Aset yang tersisa, yang sebagian besar terdiri dari koin digital (token) UST dan LUNA yang jatuh, tampaknya akan digunakan untuk dana kompensasi kepada investor yang terdampak dari jatuhnya dua token tersebut.

Dalam laporan berikutnya, LFG membantah tuduhan bahwa mereka menyelamatkan para whales dengan harta bitcoin.

"Kami tidak pernah ada kesepakatan dengan 'orang dalam' untuk keluar. Dana LFG hanya digunakan tepat dalam mandatnya untuk membantu melindungi investor yang terdampak dari kejatuhan UST," kata LFG, dikutip dari CoinDesk.

UST sempat menjadi salah satu stablecoin paling populer di dunia dan sempat juga menduduki empat besar stablecoin di dunia setelah stablecoin milik Binance yakni Binance USD (BUSD).

TerraUSD sendiri merupakan proyek stablecoin yang dipatok dengan nilai tukar dolar AS. Token tersebut menawarkan penyimpanan nilai lebih baik untuk menghindari volatilitas mata uang kripto. Pengembang menawarkan target satu koin senilai US$ 1.

Dengan kata lain, Terra Luna punya peran yang vital untuk menstabilkan harga dari stablecoin Terra dan mengurangi volatilitas pasar. Saat stablecoin turun sedikit maka Terra LUNA akan dibakar sebagai cara harga bisa stabil.

Saat diterbitkan pertama kali nilainya US$0,8 per koin dan sempat mencapai harga tertinggi sepanjang masa sebesar US$119,55 per keping pada April lalu. Bahkan pernah menjadi aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar senilai US$ 40 miliar.

Kini, harganya sudah cukup jauh dari 1 sen dolar Amerika Serikat (AS), di mana berdasarkan data dari CoinMarketCap sekitar pukul 11:30 WIB, harganya kini menyentuh US$ 0.000188, sangat jauh dari harga tertinggnya pada April lalu.

Tak hanya LUNA, UST yang seharusnya stabil di US$ 1 per keping, kini harganya hanya berkisar 1 sen dolar AS.

Lawrence secara terpisah kembali menjelaskan, LFG merupakan lembaga di balik UST dan Luna. Nah, lembaga ini sedari awal sudah mengenal risiko di balik 'bisnis' kepercayaan.

Itu sebabnya LFG menjadikan Bitcoin sebagai reserve currency. Ini sama halnya sebuah negara yang memiliki reserve untuk menjaga nilai mata uangnya.

"Jadi, LFG in seperti bank sentral dengan bitcoin sebagai reserve. Jumlah Bitcoin milik LFG juga tidak kecil, bahkan cukup juka dibutuhkan untuk menjaga harga," terang Lawrence.

Karena jumlah itu, ditambah Bitcoin memiliki bobot yang cukup besar terhadap market cap kripto, maka pasar goyah jika ada penjualan besar-besaran atas aset ini.

"Mereka jual Bitcoin untuk menjaga Luna, insgtitusi di belakangnya. Jadi, ini sangat memberikan dampak ke pasar. Sekarang masalahnya, apakah LFG bisa bertahan?," jelas Lawrence.

Menurutnya, investor baru yang bersedia menggelontorkan investasi lebih besar adalah sang juru selamat LFG dalam situasi saat ini.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular