Pasca Ambrol ke Bawah Rp 10.000, Dolar Australia Gas Poll!
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia hingga Kamis (12/5/2022) terus merosot melawan rupiah hingga menembus ke bawah Rp 10.000/AU$. Tetapi, setelahnya dolar Australia justru terus menanjak termasuk hari ini, Selasa (17/5/2022).
Pada pukul 10:23 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.237/AU$, menguat 0,35% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penguatan tersebut dipicu ekspektasi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini. Ekspektasi tersebut menguat setelah rilis notula rapat kebijakan moneter RBA hari ini.
Seperti diketahui, RBA dua pekan lalu menaikkan suku bunga pekan lalu sebesar 25 basis poin menjadi 0,35% dari rekor terendah sepanjang masa 0,1%. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama sejak November 2010.
Bahkan kenaikannya lebih besar dari prediksi ekonom yang disurvei Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 15 basis poin.
Dalam notula yang dirilis hari ini terungkap RBA dua pekan lalu mempertimbangkan kenaikan sebesar 15 basis poin, 25 basis poin hingga 40 basis poin.
Artinya, RBA sebenarnya lebih hawkish, sebab ada pertimbangan kenaikan sebesar 40 basis poin. Hal ini menguatkan ekspektasi bank sentral pimpinan Philip Lowe tersebut akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Kenaikan suku bunga tersebut dilakukan sebab perekonomian yang terus membaik, dan inflasi yang menanjak hingga melampaui target. Beberapa pejabat The Fed melihat inflasi tinggi tidak hanya disebabkan faktor global, tetapi juga demand dari dalam negeri yang kuat.
Inflasi di Indonesia juga terus menunjukkan kenaikan. Tetapi masih belum diketahui apakah Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memastikan respon kebijakan BI akan sangat tergantung dari penyebab inflasi. Bank sentral akan juga melakukan sejumlah upaya untuk meredam inflasi termasuk dengan memperkuat kerja sama dengan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah.
"BI terus memonitor resiko inflasi ke depan, besaran dan timing dari respons kebijakan moneter akan tergantung pada faktor-faktor penyebab inflasi. Jika tekanan inflasi, khususnya inflasi inti, dipandang permanen dan akan melampaui sasaran, BI siap mengambil langkah-langkah berikutnya termasuk penyesuaian suku bunga," tutur Dody,Selasa (10/5/2022), kepada CNBC Indonesia.
Dody menambahkan lonjakan inflasi di April dipengaruhi faktor musiman yaitu Hari Raya Idul Fitri dan pemulihan mobilitas masyarakat. Dia memperkirakan inflasi akan sedikit mereda jika faktor musiman berlalu.
"Setelah faktor musiman ini berlalu akan terjadi koreksi. Secara umum inflasi 2022 diperkirakan berada dalam kisaran sasaran 3 +/- 1%," ujarnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)