
Rp 23 T 'Digondol', Indonesia Tak Lagi Jadi Surga?

Capital outflow yang terjadi di pasar obligasi sekunder semakin masif pada pekan lalu. Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan pada periode 9-12 Mei terjadi capital outflow sebesar Rp 14,6 triliun.
Dengan demikian, total dana yang menguap di pasar saham dan obligasi dalam sepekan lebih dari Rp 23 triliun. Pasar obligasi Indonesia mulai tidak menarik sejak Maret lalu, sebab dalam dua bulan pertama tahun ini masih terjadi inflow lebih dari Rp 5 triliun.
Aksi jual yang melanda mulai terjadi di bulan Maret, sebab imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) atau Treasury terus menanjak. Alhasil, selisih (spread) yield dengan Surat Berharga Negara (SBN) semakin menyempit.
Sepanjang tahun ini, total capital outflow di pasar obligasi sebesar Rp 78 triliun. Tidak hanya di pasar sekunder, lelang Surat Utang Negara (SUN) juga tidak laku. Data dari DJPPR menunjukkan total penawaran yang masuk dalam lelang SUN Selasa (10/5/2022) hanya Rp 19,74 triliun, termasuk 1,33 triliun penawaran investor asing.
Nilai penawaran tersebut menjadi yang terendah di tahun ini, bahkan di bawah target indikatif Rp 20 triliun, dan hanya diserap sebanyak Rp 7,76 triliun.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan saat ini pasar memang tengah dalam kondisi risk off.
"Paska libur Lebaran, market bergerak dinamis merespons faktor-faktor global yang terjadi, antara lain sikap hawkish The Fed (bank sentral Amerika Serikat/AS) perkiraan masih tingginya tingkat inflasi Amerika Serikat, dan berlanjutnya perang Rusia-Ukraina, serta masih merebaknya kasus Covid-19 di Tiongkok," tutur Deni, kepada CNBC Indonesia.
Dia menambahkan kondisi risk off ini membuat investor kurang tertarik menanamkan investasinya di negara berkembang seperti Indonesia. Padahal, Indonesia masih menawarkan daya tarik seperti tingginya pertumbuhan ekonomi.
"Kondisi risk off tersebut berdampak pada appetite investor terhadap emerging market secara global, yang turut mempengaruhi incoming bids lelang SUN lebih rendah dibandingkan lelang SUN sebelumnya," ujar Deni.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Semua Gara-Gara The Fed
(pap/pap)