Usai The Fed Naikkan Suku Bunga, Pasar Modal RI Catat Outflow

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
21 March 2022 19:18
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuannya pada pekan lalu, investor asing pun mulai melepas kepemilikannya di saham dan obligasi pemerintah Indonesia.

Di pasar saham, menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini investor melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 567,93 miliar di seluruh pasar dengan rincian sebesar Rp 383,24 miliar di pasar reguler dan Rp 184,69 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Posisi ini berbalik dari tren sepekan lalu, di mana asing masih mencatatkan pembelian bersih (net buy) di pasar saham nasional sebesar Rp 5,57 triliun. Selama sebulan terakhir, mereka juga masih mencatatkan net buy, senilai Rp 5,76 triliun.

Sementara itu, di pasar obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN), Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat dari akhir Desember 2021 hingga 17 Maret 2022, asing mencetak outflow sebesar Rp 23,44 triliun.

Memang pada Februari lalu pasar SBN mencatatkan inflow sebesar Rp 9,35 triliun, tetapi hal ini tidak cukup untuk mengubah posisi outflow asing di SBN sepanjang tahun ini.

Keluarnya asing dari pasar SBN terlihat dari porsi kepemilikan asing di SBN pada Maret (per tanggal 14) yang hanya sebesar 18,2%, turun dari posisi Februari (18,8%) dan Januari (19%). Tren penurunan ini terjadi sejak 2019, di mana saat itu posisi kepemilikan asing di SBN mencapai 38,6%.

Pada pekan lalu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp), sehingga Fed Fund Rate target sekarang berada di kisaran 25-50 bp. Artinya di sisa 6 kali pertemuan lagi, The Fed akan terus meningkatkan suku bunga acuan.

Di lain sisi, konflik antara Rusia-Ukraina yang hingga kini masih berlangsung turut mendorong inflasi global menjadi semakin meninggi, karena masih adanya potensi bahwa harga komoditas energi masih akan menguat.

Hal ini membuat The Fed dan bank sentral lainnya dapat lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. Jika The Fed makin agresif, maka risiko pasar finansial global akan mengalami gejolak, termasuk Indonesia.

Adapun dampak dari kenaikan suku bunga The Fed akan mendorong bank sentral negara lain, termasuk Bank Indonesia (BI) ikut menaikkan suku bunga acuannya.

Waspadai Inflasi

Beberapa pengamat menilai bahwa inflasi Indonesia akan naik setelah melewati periode Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Hal ini menandakan bahwa tekanan inflasi yang dihadapi oleh Indonesia juga tidak kecil, apalagi harga-harga bahan makanan sudah merangkak naik.

Dengan inflasi yang meninggi, maka imbal hasil (yield) riil yang diterima dari Surat Berharga Negara (SNB) tentunya akan menyempit. Di sisi lain, The Fed yang agresif menaikkan suku bunga bisa mengerek yield obligasi (Treasury) terus menanjak.

Alhasil, selisih yield SBN dengan Treasury Serikat berisiko menyempit, hal ini tentunya tidak menguntungkan bagi pasar obligasi Indonesia, dan bisa memicu capital outflow dan hal tersebut bisa mendorong BI menaikkan suku bunga.

Namun, risiko capital outflow asing diprediksi masih cenderung lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2015, ataupun tahun 2018 silam. Hal ini karena investor asing menilai bahwa fundamental Indonesia masih cukup bagus, meski tekanan inflasi berpotensi mengancam.

Adanya outflow asing di pasar saham dalam negeri pada hari ini karena investor asing sudah masuk ke dalam pasar saham RI sekitar satu bulan terakhir, sehingga wajar mereka cenderung melakukan aksi jual (profit taking).

Sedangkan di pasar SBN, dengan kepemilikan asing saat ini yang berada di bawah 20%, maka risiko outflow asing di SBN sejatinya masih cenderung lebih kecil, asalkan investor domestik masih berminat memburu SBN.

Meski risiko outflow asing cenderung tidak sebesar pada tahun 2013, tahun 2015, dan tahun 2018, ada risiko lain yang akan menghampiri pasar keuangan yakni volatilitas jangka pendek yang tidak terhindarkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Naikkan Suku Bunga, Pelaku Pasar Cemas Ini Terjadi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular