
Big Caps dan Investor Asing, Kombinasi Sempurna Jatuhkan IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali anjlok signifikan pada perdagangan pagi ini, Jumat (13/5/2022).
Belum ada 15 menit perdagangan berjalan, IHSG sudah ambruk 1%. Asing juga net sell jumbo di awal perdagangan mencapai Rp 403 miliar.
Saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar alias big cap masih menjadi pemberat IHSG pada perdagangan hari ini.
Sebenarnya saham-saham bank kakap walau terkorkesi tidak terlalu dalam. Namun anjloknya saham GOTO hingga menyentuh auto reject bawah (ARB) kembali memberatkan indeks.
Selain saham GOTO, saham EMTK juga ikut terkoreksi dan menyentuh level ARB.
-Â BBCA (1,03%)
- BBRI (-0,46%)
- TLKM (-0,47%)
- BMRI (-0,32%)
- ASII (+1,82%)
- GOTO (-6,73%)
- TPIA (0,00%)
- UNVR (+1,49%)
- BBNI (+0,30%)
- BYAN (+0,67%)
- EMTK (-6,69%)
Sempat terkoreksi 1%, IHSG tampak mencoba rebound. Pada 09.20 WIB, IHSG terpantau melemah 0,52% di level 6.565.
Pada perdagangan terakhir pekan ini, tentu banyak yang berharap akan ada kabar gembira dari pasar keuangan hari ini, apalagi dalam menyambut momentum long weekend.
Namun sayang, kata volatilitas tinggi masih belum bisa lepas dari perdagangan. Untuk aset seperti saham domestik, koreksi tajam pada IHSG memang membuatnya masuk ke area jenuh jual (oversold) secara teknikal.
Biasanya jika level ini sudah tersentuh, secara psikologis pelaku pasar akan menilai harga aset yang ambruk sudah kelewat murah dan melakukan aksi beli sehingga harga pun terdongkrak.
Namun jika tekanan jual masih begitu kuat, sentimen negatif juga masih lekat, bisa jadi sulit untuk pasar mengalami recovery dalam waktu singkat.
Untuk perdagangan hari ini ada beberapa sentimen yang perlu dicermati oleh pelaku pasar baik yang datang dari eksternal maupun internal.
Dari sisi eksternal, sentimen yang dominan masih seputar inflasi dan kenaikan suku bunga acuan. Selain itu juga ada konflik Rusia dan Ukraina yang belum mencapai titik temu.
Pasar komoditas juga bergerak dengan volatilitas tinggi. Pergerakan harga minyak dengan fluktuasi yang tinggi mencerminkan risiko bagi ekonomi dan pasar keuangan.
Sementara itu dari dalam negeri, hari ini Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa Indonesia di bulan April.
Trading Economics memperkirakan cadangan devisa Indonesia bulan lalu berada di US$ 137,9 miliar atau turun dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 139,1 miliar.
Meskipun neraca dagang Indonesia masih surplus besar, tetapi dengan adanya outflow dan rupiah yang tertekan bisa saja membuat cadangan devisa tergerus untuk kebutuhan stabilisasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000