Inflasi AS 8,3%, Harga Tembaga Kena Getahnya

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
12 May 2022 12:39
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan keperkasaannya setelah rilis data inflasi Negeri Paman Sam yang masih tinggi. Hal ini kemudian jadi beban bagi tembaga sehingga harganya turun.

Pada Kamis (12/5/2022) pukul 10:05 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.250,5/ton, turun 0,33% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Laju inflasi AS tercatat 8,3% pada bulan April. melambat dari bulan Maret sebesar 8,5%. Namun, inflasi April tetap lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yakni 8,1%.Laju inflasi AS diperkirakan tetap panas sementara waktu akan tetap menjaga laju kenaikan suku bunga yang terbilang agresif saat ini.

Rilis data inflasi AS mendorong Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) ke level tertinggi sejak dua dekade lalu atau 2002. Posisi Dollar Index siang ini terpantau di 104,004, naik 0,15% dari posisi sebelumnya.

Mata uang Paman Sam yang melambung menjadi sentimen negatif bagi tembaga. Sebab logam merah tersebut dihargai dengan greenback, sehingga lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya

Selain itu, kenaikan suku bunga dikhawatirkan akan jadi penghambat pemulihan ekonomi dunia. Efeknya bisa terasa hingga tembaga.

Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari hal tersebut. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Khawatir Omicron, Harga Tembaga Drop 2% dalam Seminggu!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular