
'Tsunami' Inflasi Belum Reda, Tetap Siaga!

Inflasi inti -di luar kelompok pangan dan energi- tercatat 0,6% (MtM) dan 6,2% (YoY) pada April. Pada Maret, IHK pada kelompok tersebut tercatat 0,3% dan 6,5%.
Sejumlah ekonom dan analis juga mengingatkan bahwa inflasi termasuk inflasi inti masih bisa melonjak karena sejumlah faktor. Di antaranya adalah belum meredanya perang Rusia-Ukraina serta kebijakan lockdown di China. Perang akan membuat harga komoditas pangan dan energi sulit turun sementara lockdown di China akan mengganggu rantai pasok global sehingga harga barang melonjak.
"Inflasi sepertinya masih sulit turun di level pra-pandemi dalam waktu singkat. Inflasi AS akan bertahan di atas 2%, di atas target The Fed karena gangguan rantai pasok yang terus terjadi dan masih tingginya harga pangan," tutur kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro, kepada CNBC Indonesia.
Pemulihan ekonomi serta pelonggaran di sejumlah negara juga telah kembali meningkatkan minat masyarakat AS untuk bepergian. Kondisi ini tercermin dari melonjaknya tiket pesawat udara. Tarif pesawat melonjak 18,6% di April dibandingkan bulan sebelumnya. Ini adalah kenaikan tertinggi sejak 1963.
"Inflasi mulai mereda tetapi tetap tinggi. Inflasi masih 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan target The Fed yang berada di kisaran 2%," tutur Sarah House dan Michael Pugliese, ekonom dari Wells Fargo, seperti dikutip dari CNN.
Pugliese mengingatkan harga energi bisa saja kembali melonjak karena kenaikan harga gas di bulan Mei. Inflasi sektor perumahan juga belum mencapai puncaknya.
"Inflasi mungkin sudah menapai puncaknya tetapi masih tetapi tinggi. Masih butuh waktu untuk menurunkan inflasi dari atas level 8%," tutur Robert Frick dari Navy Federal Credit Union.
Masih tingginya inflasi tersebut diyakini akan membuat The Fed menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan Juni mendatang. Sebagai catatan, pekan lalu, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 0,75-1%. Terakhir kali Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada Mei 2000. Selama 20 tahun lebih, the Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,25%.
Presiden Biden sendiri telah mendukung sepenuhnya upaya The Fed dalam memerangi inflasi. "Saya tidak pernah mencampuri independensi The Fed. Namun, saya percaya dengan perkataan Chairman (Jerome) Powell bahwa salah satu tantangan yang terus menguat adalah inflasi. Saya percaya bahwa The Fed akan menjalankan tugasnya sesuai apa yang mereka pikirkan," tutur Biden.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]