Analisis

Jika Bunga Acuan BI Naik, Saham Sektor Apa yang Bakal Cuan?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
11 May 2022 14:00
Rilis Prospektus, Ini 6 Fakta Paling Menarik dari IPO GoTo
Foto: infografis/Rilis Prospektus, Ini 6 Fakta Paling Menarik dari IPO GoTo/Aristya Rahadian

Kenaikan suku bunga secara umum memang memberikan sinyal buruk bagi pasar modal. Di Amerika Serikat (AS) yang telah menaikkan suku bunganya dua kali tahun ini, kinerja pasar modalnya sudah tertekan dalam.

Tahun ini, S&P 500 telah jatuh 16%, awal terburuk dalam satu tahun dalam hampir satu abad. Sedangkan Nasdaq Composite ambles hingga 25%.

Beberapa perdagangan yang sangat populer dalam dua tahun terakhir mulai ditinggalkan. Banyak investor kecewa pada saham teknologi yang bernilai tinggi. Emiten yang baru IPO dan sempat terbang tahun lalu, telah kembali mendarat ke bumi dengan pasar yang sangat spekulatif, seperti ETF unggulan ARK Innovation milik Cathie Wood, telah anjlok.

Saham-saham yang bergantung pada pertumbuhan seperti yang banyak terdapat di sektor teknologi tampaknya menjadi yang sangat dirugikan akibat naiknya suku bunga yang pada akhirnya membuat biaya pinjaman juga meningkat.

Hal ini juga terlihat lewat proksi dana kelolaan milik pengusaha asal Jepang yang mulai melambat signifikan. Lima tahun setelah peluncurannya, Vision Fund SoftBank senilai total US$ 100 miliar dihantam oleh aksi jual di sektor teknologi, membuat kinerjanya tertinggal di belakang pasar saham secara keseluruhan sejak diluncurkan.

Vision Fund terakhir bernilai US$ 138,5 miliar pada akhir tahun 2021, memberikan pengembalian sekitar 40% selama 4,5 tahun. Meski terlihat tinggi angka tersebut tertinggal jauh di belakang pasar saham serta dana modal ventura lainnya. S&P 500 naik sekitar 72% dan Nasdaq Composite naik hampir dua kali lipat selama periode yang sama.

Lebih lanjut, tahun ini kinerja Vision Fund semakin buruk akibat aksi jual di banyak saham teknologi. Taruhan raksasa di sektor ride-hail telah merugikan dana tersebut, terutama dalam kasus Didi yang baru-baru ini membuat marah regulator China dan akan dihapus dari NYSE. Vision Fund menginvestasikan lebih dari US$ 12 miliar di Didi untuk 21% saham. Saham-saham itu sekarang bernilai kurang dari US$ 1,7 miliar.

Vision Fund juga melakukan investasi di Grab yang akhir tahun lalu melantai di Wall Street melalui jalur SPAC dan harganya telah tergerus tajam.

Meskipun Vision Fund mungkin telah menjual beberapa saham yang terdaftar awal tahun ini tanpa perlu mengungkapkannya, analis memperkirakan kerugian yang signifikan dari sahamnya di perusahaan publik dan swasta (termasuk start up). Dana dari investasi di perusahaan swasta menghasilkan lebih dari setengah nilai Vision Funf pada akhir tahun lalu.

Sementara itu dari dalam negeri, saham-saham emiten teknologi juga tertekan dalam. Dua perusahaan rintisan raksasa yang digadang-gadang akan memberikan warna baru bagi bursa, nyatanya gagal menarik perhatian publik dan valuasinya telah menguap signifikan.

Investor publik tampaknya sudah mulai enggan dengan 'basa-basi' bakar uang demi pertumbuhan yang akhirnya membuat perusahaan menderita kerugian dengan nilai fantastis.

Saham Bukalapak.com (BUKA) yang meskipun melaporkan laba dari akuisisi Allo Bank Indonesia (BBHI) telah terdepresiasi hingga 63% dari harga IPO di Rp 850/saham menjadi Rp 316/saham. Sementara itu raksasa lain yakni gabungan dua start up kebanggaan Indonesia Goto Gojek Tokopedia (GOTO) harganya telah surut nyaris sepertiga dari IPO di angka Rp 338/saham dan kini menjadi Rp 228/saham.

Secara keseluruhan sektor teknologi juga merupakan yang memiliki kinerja terburuk di bursa tahun ini dan telah terkoreksi hingga 12% tahun ini. Koreksi ini berlawanan dengan kinerja pasar modal yang secara keseluruhan malah mengalami peningkatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular