
Kurs Dolar Singapura Liar Sejak Awal Pekan, Ini Penyebabnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura bergerak liar melawan rupiah di pekan ini. Rentang pergerakannya cukup lebar, tetapi di akhirnya perdagangan hanya mencatat penguatan atau pun pelemahan tipis.
Di awal pekan ini misalnya, dolar Singapura bergerak di rentang Rp 10.419 - 10.489/SG$, tetapi di akhir perdagangan berada di Rp 10.465/SG$, atau menguat 0,07% saja. Kemarin juga sama, tetapi rentang pergerakannya lebih sempit dan berakhir melemah 0,03%.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (11/5/2022) pukul 10:31 WIB, dolar Singapura berada di Rp 10.468/SG$, menguat tipis 0,06% dengan rentang pergerakan di Rp 10,446 - 10.477/SG$.
Tingginya volatilitas dolar Singapura tidak lepas dari kebijakan pengetatan moneter yang dilakukan Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) bulan lalu. MAS hari ini mengumumkan merubah titik tengah (centre) menjadi lebih tinggi, dan sedikit menaikkan slope.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
Sebelumnya MAS sudah menaikkan slope sebanyak dua kali pada Oktober 2021 dan Januari tahun ini.
Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketikaslopedinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya. Hal ini membuat volatilitas dolar Singapura meningkat.
Sementara itu pelaku pasar saat ini menanti apakah Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Sebab, inflasi di Indonesia yang terus menanjak.
Badan Pusat Statistik (BPS) di awal pekan ini mengumumkan data inflasi Indonesia periode April 2022 tumbuh 0,95% dibandingkan sebulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini menjadi rekor tertinggi sejak 2017.
Dibandingkan April 2021 (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 3,47%. Ini adalah yang tertinggi sejak 2019.
Inflasi inti dilaporkan tumbuh 2,6% (yoy), tertinggi sejak Mei 2020 tetapi sedikit lebih rendah dari hasil polling Reuters 2,61% (yoy). Hingga April lalu, inflasi inti sudah naik dalam 7 bulan beruntun.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memastikan respon kebijakan BI akan sangat tergantung dari penyebab inflasi. Bank sentral akan juga melakukan sejumlah upaya untuk meredam inflasi termasuk dengan memperkuat kerja sama dengan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah.
"BI terus memonitor resiko inflasi ke depan, besaran dan timing dari respons kebijakan moneter akan tergantung pada faktor-faktor penyebab inflasi. Jika tekanan inflasi, khususnya inflasi inti, dipandang permanen dan akan melampaui sasaran, BI siap mengambil langkah-langkah berikutnya termasuk penyesuaian suku bunga," tutur Dody, kepada CNBC Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
