
Lelang Surat Utang RI Sepi Pembeli, Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah hanya mampu menjual Rp 7,76 triliun pada lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (10/5/2022). Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan saat ini pasar memang tengah dalam kondisi risk off.
Kondisi tersebut dipicu sejumlah faktor. Salah satunya adalah kebijakan hawkish The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pekan lalu. Faktor lain yang memicu risk off seperti masih merebaknya Covid-19 di China yang bisa membuat pertumbuhan Negeri Tirai Bambu merosot.
"Paska libur Lebaran, market bergerak dinamis merespons faktor-faktor global yang terjadi, antara lain sikap hawkish The Fed AS perkiraan masih tingginya tingkat inflasi Amerika Serikat (AS), dan berlanjutnya perang Rusia-Ukraina, serta masih merebaknya kasus Covid-19 di Tiongkok," tutur Deni, kepada CNBC Indonesia.
Dia menambahkan kondisi risk off ini membuat investor kurang tertarik menanamkan investasinya di negara berkembang seperti Indonesia. Padahal, Indonesia masih menawarkan daya tarik seperti tingginya pertumbuhan ekonomi.
"Kondisi risk off tersebut berdampak pada appetite investor terhadap emerging market secara global, yang turut mempengaruhi incoming bids lelang SUN lebih rendah dibandingkan lelang SUN sebelumnya," ujar Deni.
Seperti diketahui, lelang SUN kemarin hanya mampu menarik penawaran sebesar Rp 19,74 triliun. Jumlah tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun ini.
Penawaran yang masuk pada lelang kemarin bahkan tidak ada setengahnya dari penawaran yang masuk pada lelang sebelumnya pada 12 April 2022 (Rp 40,28 triliun).
Dari penawaran sebesar Rp 19,74 triliun, penawaran yang datang dari investor asing hanya Rp 1,33 triliun.
Dari jumlah penawaran yang masuk, pemerintah hanya menyerap utang sebesar Rp 7,76 triliun. Dengan demikian, pemerintah gagal memenuhi target indikatif dalam lima lelang SUN terakhir. Jumlah yang diambil pada lelang hari ini juga menjadi yang terendah sepanjang 2022.
Yield rata-rata yang dimenangkan pada lelang kemarin jauh lebih tinggi dibandingkan lelang sebelumnya. Untuk seri benchmark FR0090 bertenor lima tahun, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan ada di angka 6,63%. Level tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada lelang sebelumnya yakni 5,8%. Yield tertinggi yang masuk pada seri tersebut tercatat 7,15% sementara terendah di angka 6,57%.
"Hal tersebut sesuai dengan kondisi dan pergerakan tingkat imbal hasil di pasar domestik beberapa hari terakhir," imbuh Deni.
Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan rendahnya penawaran pada lelang kemarin mencerminkan kondisi pasar yang tengah risk off. "Kondisi market lagi risk off karena ekspektasi kenaikan yield surat utang pemerintah AS. Pressure-nya akan makin besar ke depan untuk bonds," tutur Andry, kepada CNBC Indonesia.
Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun sempat bertengger di atas 3% pada Kamis-Senin (5-9 Mei) menyusul kenaikan suku bunga acuan the Fed sebesar 50 bps. Andry menjelaskan berbeda dengan pasar obligasi, pasar saham diperkirakan masih lebih baik sedikit terbantu karena tidak melihat inflasi sebagai satu-satunya faktor tapi melihat kinerja fundamental masing-masing sektor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Malam Ini Ada Peristiwa Besar, Lelang Obligasi RI Jadi Sepi