Elon Musk Sebut Harga Nikel Sudah Kemahalan, Bahaya Buat RI?

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Rabu, 11/05/2022 07:56 WIB
Foto: Maye Musk (kiri) dan Elon Musk menghadiri acara amal tahunan Met Gala 2022 bertema In America: An Anthology of Fashion di The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat, Senin (2/5/2022). Photo by Evan Agostini/Invision/AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel terus melonjak selama beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, menurut data USGS, Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia dengan hasil produksi mencapai 1 juta ton pada tahun 2021 dengan cadangan sebesar 21 juta ton.

Dengan cadangan yang besar tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjemput bola dengan bertemu Elon Musk. Septian Hario Seto selaku Deputi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves mengatakan kalau pertemuan tersebut menjadi salah satu upaya pemerintah untuk meyakinkan Tesla melihat potensi investasi di Indonesia.


"Banyak pabrikan mobil dan perusahaan bateral melakukan shifting yang tadinya pakai nikel menjadi teknologi yang lebih murah, termasuk Tesla," jelas Hario kepada CNBC, Rabu (11/5/2022).

Hario menjelaskan hal ini tidak baik bagi Indonesia mengingat Nusantara pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Menurutnya akan bahaya jika banyak perusahaan tidak menggunakan nikel sama sekali.

"Kami melakukan paparan pada Elon, ada potensi nikel di Indonesia juga teknologi yang kita kembangkan. Meyakinkan Elo kalau Tesla bisa mendapatkan Nikel yang dibutuhkan dengan ESG yang sesuai dengan standar Tesla," ungkap Hario.

Hario sengaja menyebut soal ESG karena menurutnya, Tesla juga menjadi perusahaan dengan standar ESG yang tinggi. Hario juga menjelaskan respons Tesla cukup baik dan berencana mengirimkan tim mereka ke Indonesia untuk melihat potensi kerja sama.

"Pemerintah maunya kerja sama akan win-win dan itu adalah bottom line buat kita," tegas Hario.

Jalan tengah ini masih terus dicari untuk kerja sama Tesla, pasalnya di beberapa negara seperti Jerman dan China, Tesla menguasai sepenuhnya perusahaan meski tidak berada di Amerika Serikat (AS). Sementara Hario juga menjelaskan kalau di Indonesia harus kerja sama dengan perusahaan lokal.

"Nanti perlu dibicarakan bagaimana pola kerja samanya, apalagi ini investasi besar dan terus berproses. Saat ini sudah makin mengerucut feedback, baik keinginan mereka, dan juga keinginan kita,"pungkas Hario.


(RCI/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Hidupkan Kembali Batu Bara, Indonesia Bisa Ambil Peluang