
Tak Bertenaga, Harga Tembaga Melemah di Awal Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga turun pada perdagangan hari ini karena pengetatan pembatasan COVID-19 di konsumen logam utama China memicu kekhawatiran tentang permintaan. Ditambah dengan dolar yang lebih kuat semakin membebani pasar tembaga.
Pada Senin (9/5/2022) pukul 11.26 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.354/ton, turun 0,36% dibandingkan harga penutupan sebelumnya.
Shanghai dan Beijing, yang bergulat dengan wabah COVID-19 terburuk sejak epidemi dimulai, semakin memperketat pembatasan pada penduduk mereka minggu ini. Menghalangi mereka meninggalkan rumah dan kompleks mereka, memicu kemarahan dan kecemasan baru.
Kekhawatiran atas pengetatan penguncian di ekonomi terbesar kedua di dunia yang merugikan pertumbuhan ekonomi global juga mengurangi selera untuk aset berisiko di kalangan investor.
"Tidak ada cahaya pasti di ujung terowongan penguncian China," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.
"Dengan awan kenaikan suku bunga AS yang lebih agresif dan tidak menyenangkan menjulang di cakrawala, penerima manfaat inflasi seperti komoditas keras semakin ditekan lebih rendah."
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada Kamispekan lalu waktu Indonesia.Tidak hanya menaikkan suku bunga, The Fed juga akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian Amerika Serikat akan terserap lebih banyak. Harapannya inflasi bisa terkendali.
Terserapnya likuiditas artinya jumlah dolar AS yang beredar menjadi berkurang, alhasil nilainya pun terus menanjak.
Dollar Index(yang menggambarkan posisigreenbackdi hadapan enam mata uang utama dunia) menyentuh level tertingginya dalam 20 tahun yang berada di level 104,07. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2002,
Saat dolar AS menguat, aset-aset berbasis dolar AS seperti logam industri seperti tembaga jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan tembaga turun, harga pun terkoreksi
Harga tembaga turun pada perdagangan hari ini karena pengetatan pembatasan COVID-19 di konsumen logam utama China memicu kekhawatiran tentang permintaan. Ditambah dengan dolar yang lebih kuat semakin membebani pasar tembaga.
Pada Senin (9/5/2022) pukul 11.26 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.354/ton, turun 0,36% dibandingkan harga penutupan sebelumnya.
Shanghai dan Beijing, yang bergulat dengan wabah COVID-19 terburuk sejak epidemi dimulai, semakin memperketat pembatasan pada penduduk mereka minggu ini. Menghalangi mereka meninggalkan rumah dan kompleks mereka, memicu kemarahan dan kecemasan baru.
Kekhawatiran atas pengetatan penguncian di ekonomi terbesar kedua di dunia yang merugikan pertumbuhan ekonomi global juga mengurangi selera untuk aset berisiko di kalangan investor.
"Tidak ada cahaya pasti di ujung terowongan penguncian China," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.
"Dengan awan kenaikan suku bunga AS yang lebih agresif dan tidak menyenangkan menjulang di cakrawala, penerima manfaat inflasi seperti komoditas keras semakin ditekan lebih rendah."
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada Kamispekan lalu waktu Indonesia.Tidak hanya menaikkan suku bunga, The Fed juga akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian Amerika Serikat akan terserap lebih banyak. Harapannya inflasi bisa terkendali.
Terserapnya likuiditas artinya jumlah dolar AS yang beredar menjadi berkurang, alhasil nilainya pun terus menanjak.
Dollar Index(yang menggambarkan posisigreenbackdi hadapan enam mata uang utama dunia) menyentuh level tertingginya dalam 20 tahun yang berada di level 104,07. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2002,
Saat dolar AS menguat, aset-aset berbasis dolar AS seperti logam industri seperti tembaga jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan tembaga turun, harga pun terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Khawatir Omicron, Harga Tembaga Drop 2% dalam Seminggu!