Wall Street Ditutup Hijau, Bursa Saham Eropa Ngekor

Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 03/05/2022 20:51 WIB
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Eropa dibuka rebound pada perdagangan hari ini, Selasa (3/5/2022) menyusul Wall Street yang sukses finish di zona hijau semalam.

Indeks saham pan-European Stoxx600 menguat 0,6% di awal perdagangan. Sementara itu indeks saham Jerman (DAX) naik 0,19% dan indeks saham acuan Prancis (CAC 40) menguat 0,12%.

Namun pada 20.20 WIB, indeks DAX dan CAC 40 terpantau semakin menguat dengan apresiasi masing-masing 0,18% dan 0,23%.


Kemarin indeks saham acuan bursa New York kompak menguat. Indeks Dow Jones naik 0,26%, indeks S&P 500 menguat 0,57%. Sementara itu indeks Nasdaq Composite melesat 1,63% dan memimpin penguatan.

Sentimen terkait arah kebijakan moneter bank sentral masih kental terasa. Inflasi yang terus menguat menjadi pemicu utama bank sentral akan mengakhiri era suku bunga rendah.

Di AS, bank sentralnya yaitu The Fed akan mengumumkan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) minggu ini, tepatnya pada 5 Mei nanti.

Berdasarkan piranti CME Fedwatch, pelaku pasar memperkirakan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin di bulan Mei dengan probabilitas 99,8% atau hampir 100%.

Semakin dekat dengan tanggal pengumuman kebijakan moneter tersebut, yield obligasi pemerintah AS atau yang dikenal dengan US Treasury 10 tahun naik mendekati level 3%.

Sedangkan yield obligasi pemerintah acuan Jerman (Bund 10 tahun) melesat ke atas 1% pada perdagangan pagi dan berada di level tertingginya sejak tahun 2015.

Di kawasan Asia Pasifik, bank sentral Australia (RBA) untuk pertama kalinya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 0,35% setelah satu dekade mempertahankan era suku bunga rendah di tengah risiko kenaikan inflasi.

Rebound yang terjadi dinilai hanya bersifat temporer karena pasar sudah mengantisipasi akan adanya pengetatan moneter untuk bulan Mei.

Namun jika inflasi masih terus membandel dan bank sentral pun kian agresif, bukan tidak mungkin kalau pasar saham bakal terkena shock lanjutan.

Selain kebijakan moneter, investor juga terus memantau perkembangan hubungan antara Rusia dengan Ukraina.

Bukannya semakin reda, hubungan kedua negara di bagian Timur Eropa tersebut masih tetap saja panas. Pekan ini para pemimpin Uni Eropa bersiap membahas tentang perilah embargo minyak Rusia.

Adanya inflasi yang tinggi disertai dengan ancaman disrupsi rantai pasok akibat tensi geopolitik yang memanas dikhawatirkan dapat menyeret ekonomi global ke dalam resesi.

Belum lama ini lembaga keuangan internasional IMF telah merevisi turun prospek pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,6% untuk tahun ini atau 80 bps lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beda Arah "Jurus" Bank Sentral Dunia Atasi Ketidakpastian Dunia