Jelang Rapat The Fed, Harga Tembaga Kurang Tenaga

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
03 May 2022 17:18
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia anjlok pada perdagangan hari ini, tertekan mata uang dolar Amerika Serikat yang tinggi.

Pada Selasa (3/5/2022) pukul 16.10 WIB harga tembaga tercatat US$ 9.554/ton, turun 1,66% dibandingkan perdagangan kemarin.

Tembaga dunia masih berada dalam tren menurun. Penyebabnya adalah mata uang dolar AS terus menguat. Apresiasi dolar AS jelang rapat Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) yang hasilnya diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Pasar memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell akan kembali mengerek suku bunga acuan.

Kemarin, Dollar Index(yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) ditutup di 103,604. Ini adalah yang tertinggi sejak 2002.

Mengutip CME FedWatch, pasar 'bertaruh' suku bunga acuan akan dinaikkan 50 basis poin (bps) menjadi 0,75-1%. Kemungkinannya mencapai 99,3%.

Kenaikan suku bunga acuan akan membuat aset-aset berbasis dolar AS, terutama logam seperti tembaga menjadi kurang menarik. Saat dolar AS menguat, maka tembaga jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan tembaga turun, harga pun terkoreksi.

"Pasar mengantisipasi The Fed tidak mundur dari posisi (stance) yang hawkish ini. Bahkan ke depan bukan tidak mungkin ada kejutan lain. Ini yang membuat dolar dalam posisi yang sangat kuat," kata Edward Moya, Analis Senior OANDA, seperti dikutip dari Reuters.

Kenaikan suku bunga The Fed turut menekan laju penguatan tembaga. Sebab masih ada kecemasan risiko pemulihan ekonomi jadi melambat.

Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari hal tersebut. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Investor, Harga Tembaga Minggu Ini Suram...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular