Gandeng China, Vale Pede Kapasitas Smelter Naik 3x Lipat

Verda Nano, CNBC Indonesia
29 April 2022 15:10
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia (INCO) optimistis kapasitas produksi pada fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dapat mencapai 120 ribu ton per tahun. Target ini setidaknya melonjak tiga kali lipat dibandingkan rencana sebelumnya yang hanya di angka 40 ribu ton per tahun.

Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan bahwa dengan menggandeng mitra baru asal China, yakni Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huaoyu), target kapasitas produksi smelter di Pomalaa akan jauh lebih besar. Terutama jika dibandingkan pada rencana awal ketika perusahaan mengembangkan proyek ini bersama Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM), perusahaan industri pengolahan logam asal Jepang.

"Ada beberapa hal yang bisa dicatat target kapasitas jauh lebih besar dari yang bersama Sumitomo. Target kita di atas 3 kali lipat dibandingkan dengan rencana sebelumnya. Dengan ini kapasitas smelter menjadi 120 ribu metrik ton nikel per tahun," kata dia saat ditemui di Jakarta, Kamis malam (28/9/2022).

Vale dan Huaoyu juga telah sepakat untuk mempercepat pengerjaan proyek agar cepat rampung, setidaknya dalam jangka waktu tiga tahun. Tak hanya itu, kedua perusahaan juga menyepakati mengenai agenda rendah karbon dengan tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara selama proses kegiatan produksi. Sehingga hal ini menjadi bukti keselarasan komitmen keberlanjutan yang sangat penting bagi Vale. Apalagi Huayou sendiri telah membuktikan rekam jejaknya dalam konstruksi dan operasi HPAL di Indonesia.

"Produk ini cocok untuk materi mobil listrik sedangkan kita semua tahu industri mobil listrik ada pertimbangan climate change. Kami sudah bilang dari awal, karena nikel dibutuhkan untuk mobil listrik solusi untuk climate change, semua rantai produksi upstream sampai ujung harus rendah karbon," kata dia.

Untuk diketahui, penandatanganan perjanjian kerangka kerja sama (Framework Cooperation Agreement) antara Vale dengan Huaoyu telah berlangsung pada Rabu kemarin (27/4/2022). Para pihak pada prinsipnya telah menyepakati hal-hal pokok yang terkait dengan proyek Pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di pomalaa, yang meliputi:

Pertama, Huayou akan membangun dan melaksanakan Proyek HPAL Pomalaa, dan PT Vale akan memiliki hak untuk mengakuisisi hingga 30% saham Proyek HPAL Pomalaa tersebut.

Proyek HPAL Pomalaa sendiri akan mengadopsi dan menerapkan proses, teknologi dan konfigurasi HPAL Huayou yang telah teruji untuk memproses bijih limonit dan bijih saprolit kadar rendah dari tambang PT Vale di Pomalaa, untuk menghasilkan Produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120.000 metrik ton nikel per tahun.

Kedua, perusahaan akan bekerja sama untuk meminimalkan jejak karbon proyek dan selanjutnya para pihak sepakat untuk tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara captive sebagai sumber listrik dalam bentuk apapun untuk pengoperasian Proyek HPAL Pomalaa.

Para pihak akan menandatangani perjanjian-perjanjian definitif tidak lebih dari jangka waktu enam bulan setelah penandatanganan FCA ini. Adapun beberapa konstruksi yang telah dimulai melalui kegiatan pendahuluan yang dilakukan PT Vale akan tetap berjalan bahkan dipercepat dengan adanya kesepakatan ini dengan tujuan untuk menyelesaikan pembangunan dalam periode tiga tahun.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vale Bidik Produksi Tiga Kali Lipat pada 2025

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular