Jreng.. Sumitomo Keluar dari Proyek Nikel Vale di Sulawesi!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
25 April 2022 15:32
A logo of the Brazilian mining company Vale SA is seen in Brumadinho, Brazil January 29, 2019.  REUTERS/Adriano Machado
Foto: VALE (REUTERS/Adriano Machado)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM), perusahaan industri pengolahan logam asal Jepang, memutuskan untuk tidak melanjutkan studi kelayakan atau feasibility study (FS) untuk konstruksi proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang tengah digarap bersama PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Hal tersebut telah diputuskan oleh Akira Nozaki, President & Representative Director SMM, dan diumumkan secara resmi melalui keterangan resmi perusahaan, hari ini, Senin (25/04/2022).

Pada 2012, SMM mulai bekerja sama dengan PT Vale Indonesia untuk melakukan pre-feasibility study untuk smelter Pomalaa dan sejak 2018 telah menjalankan studi kelayakan untuk proyek smelter nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang produknya bisa dijadikan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.

"Namun, sebagian karena penyebaran Covid-19, tata cara pengurusan izin dan diskusi dengan PTVI (PT Vale Indonesia) tertunda. Dalam keadaan seperti ini, PTVI mulai mencari alternatif untuk mempromosikan proyek Pomalaa dengan SMM, dan SMM tidak dapat melanjutkan negosiasi dengan PTVI," jelas pernyataan resmi SMM, Senin (25/04/2022).

"Karena sulit untuk mempertahankan internal dan tim studi proyek eksternal tanpa prospek untuk kemajuan di masa depan, SMM memiliki menyimpulkan bahwa ia tidak punya pilihan selain untuk menghentikan penelitian," lanjutnya.

Dalam keterangan resminya, SMM menyebut bahwa proyek smelter nikel di Pomalaa ini adalah inti dari strategi SMM untuk mengamankan sumber daya nikel untuk mencapai visi jangka panjang bisa memproduksi 150.000 ton nikel per tahunnya.

Proyek ini juga diposisikan sebagai proyek besar untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam rencana bisnis tiga tahunan yang diungkapkan pada 2021 lalu.

"Saat kami menyesali keputusan ini, kami akan melanjutkan upaya kami untuk mengamankan sumber daya nikel dalam rangka memperkuat rantai nilai tiga bisnis SMM (sumber daya mineral, peleburan dan pemurnian dan material) dan memastikan pasokan yang stabil dari produk nikel SMM, sebagaimana tercantum dalam rencana bisnis tiga tahun SMM," jelas SMM.

Namun demikian, perusahaan mengungkapkan bahwa keputusan ini berdampak minimal pada kinerja hingga 31 Maret 2023 mendatang.

"Hal ini akan berdampak minimal pada hasil perusahaan kami pada tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2022 dan 31 Maret 2023," ungkapnya.

Sebelumnya, pada September 2021 Vale Indonesia mengungkapkan pihaknya masih mengkaji penggunaan bijih nikel kadar tinggi (saprolit) untuk proyek smelter ini.

Direktur Vale Indonesia Dani Widjaja dalam Public Expose Live 2021, Rabu (8/9/2021), mengatakan bahwa untuk smelter HPAL Pomalaa, Vale sedang menyelesaikan proses studi lanjutan dan perizinan yang diperlukan untuk membangun pabrik HPAL ini. Vale akan menggandeng mitra dari Jepang yang juga merupakan pemegang saham Vale, yakni Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM).

"Itu kami sedang evaluasi dayagunakan bijih saprolit yang akan ditambang bersama limonit di Pomalaa," ujarnya.

Adapun rencana kapasitas produksi nikel dari smelter HPAL di Pomalaa ini awalnya bisa mencapai sekitar 40 ribu ton per tahun.

Perlu diketahui, PT Vale Indonesia Tbk tengah fokus menggarap tiga proyek smelter nikel dengan total investasi mencapai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 74 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$).

Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy sempat mengatakan tiga proyek smelter nikel tersebut antara lain smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan proyek ekspansi smelter yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gandeng China Bangun Smelter, Vale Jadi Pemegang Minoritas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular