
Sepanjang April, Rupiah Juara Tiga di Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sepanjang bulan April 2022 secara rata-rata mengalami pelemahan sebesar 0,88% atau anjlok 127 poin terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Apa pemicunya?
Melansir data dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah cukup tajam sebesar 0,52% ke Rp 14.495/US$ kemarin. Jika dibandingkan dengan performa pada awal April yang meski terkoreksi, tapi koreksinya hanya tipis-tipis saja.
Mata Uang Ibu Pertiwi bergerak sangat fluktuatif pada pekan ini, ketika pemerintah Indonesia menetapkan larangan ekspor sementara ekspor minyak goreng dan bahan baku minyak goreng yang diumumkan mendadak pada Jumat (22/4/2022). Sontak, hal tersebut menjadi sentimen negatif untuk pergerakan rupiah, sehingga rupiah pun terkoreksi.
Kemudian pada 25 April 2022, Plt Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) mengeluarkan Surat Edaran mengimbau tidak ada penetapan harga sepihak di luar ketentuan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 1/2018 dan menyebutkan bahwa minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) tidak termasuk yang akan dilarang ekspornya.
Hal tersebut berhasil mendorong rupiah menguat pada Selasa (26/4/2022) ke Rp 14.410/US$. Namun, pada Rabu malam (27/4/2022), pemerintah Indonesia kembali mengumumkan pernyataan yang berbeda.
Pemerintah Indonesia memperluas larangan ekspornya yang mencakup minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO), Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBD Palm Oil), dan Refined, Bleached and Deodorized Palm Olein (RBD Palm Olein) dan Used Cooking Oil. Setelahnya, rupiah pun terkoreksi lebih tajam hingga pekan terakhir di bulan April 2022.
Pada Januari-Februari 2022, ekspor CPO telah menyumbang US$ 4,05 miliar atau 10,73% terhadap total ekspor non-migas. Larangan ekspor CPO dan produk turunannya pastinya akan berdampak pada ekonomi dalam negeri, pasalnya Indonesia merupakan produsen terbesar CPO dunia. Bahkan, pada pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengumumkan bahwa surplus pada neraca perdagangan Indonesia ditopang oleh kinerja ekspor komoditas.
Melansir Refinitiv, setiap bulannya pendapatan negara dari ekspor CPO tahun 2021 dan turunannya mencapai US$ 3 miliar, artinya jika ekspor CPO dan produk RBD dan turunannya disetop maka pendapatan negara yang hilang sebesar lebih dari US$ 210 juta atau Rp 3,04 triliun untuk produk CPO dan US$ 1,2 miliar atau lebih dari Rp 17,39 triliun untuk produk RDB (kurs Rp 14.495/US$). Jika dijumlahkan, artinya Indonesia bisa merugi lebih dari Rp 20 triliun per bulannya.
![]() |
Maka, larangan ekspor CPO dan produk turunannya berpotensi menurunkan pendapatan negara, sehingga pelemahan rupiah pun tidak terelakkan.
Tidak hanya itu, indeks dolar AS sedang kuat-kuatnya terhadap 6 mata uang dunia, sehingga menambah tekanan terhadap rupiah. Dolar AS sempat menyentuh level tertinggi sejak 20 tahun ke level 103,62 pada Kamis (28/4/2022). Sepanjang pekan ini, indeks dolar AS terpantau menguat sebanyak 2,29% dan melesat 5,88% di sepanjang bulan April.
Keperkasaan si greenback didukung oleh rencana kenaikan pada suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi yang melambat di Eropa dan China.
Lalu, bagaimana performa rupiah jika di bandingkan dengan mata uang di Asia? simak di halaman berikutnya.