Harga CPO Naik Nih Meski Tipis, Imbas Larangan Ekspor CPO RI?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
29 April 2022 09:45
FILE PHOTO: A worker shows palm oil fruits at a plantation in Chisec, Guatemala December 19, 2018. REUTERS/Luis Echeverria/File Photo
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (REUTERS/Luis Echeverria)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) naik tipis di sesi pembukaan perdagangan pada hari ini, Jumat (29/4/2022), setelah kemarin sempat turun. Bagaimana tren ke depan?

Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 08:20 WIB harga CPO dibanderol di level MYR 6.919/ton atau naik tipis 0,07%.

Dengan begitu, harga CPO telah membukukan kenaikan 78,88% secara tahunan dan kenaikan 8,87% secara mingguan. Sepanjang bulan April, harga CPO telah melesat 16,68%.

Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memprediksikan bahwa harga CPO akan menguji ulang titik resistance di MYR 7.107/ton. Penembusan di atas titik resistance akan mengerek harga CPO ke kisaran MYR 7.239-7.419/ton.

Sebaliknya, jika harga CPO menunjukkan tren penurunan, mungkin akan dibatasi hingga titik MYR 6.758/ton.

CPO 29 AprilSumber: Refinitiv

Kemarin, minyak kelapa sawit berjangka Malaysia berakhir turun 1,1%, setelah sempat melesat pada sesi sebelumnya. Harga CPO ditutup turun 79 ringgit menjadi MYR 6.914/ton (US$ 1.585,86/ton) dan berada dekat pada level tertinggi selama tujuh pekan di MYR 7.132/ton.

Pada Rabu (27/4), harga CPO sempat melonjak 10% setelah pemerintah Indonesia memperluas cakupan larangan ekspor CPO dan Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBD Palm Oil), dan Refined, Bleached and Deodorized Palm Olein (RBD Palm Olein) dan Used Cooking Oil yang sontak mengejutkan pasar minyak nabati dunia.

Pasalnya, Indonesia merupakan produsen terbesar CPO di dunia dan menyumbang sekitar 60% dari total pasokan. Sementara itu, Malaysia adalah pemasok terbesar kedua dengan sekitar 25% dari pangsa pasokan global.

India merupakan importir utama minyak sawit, sementara China, Pakistan, Bangladesh, Mesir dan Kenya adalah pembeli utama lainnya.

Pemerintah India pun cemas akan larangan ekspor CPO Indonesia, karena minyak sawit lebih disukai dalam industri jasa makanan India karena relatif lebih murah, tahan lama, dan lebih stabil pada suhu tinggi dibandingkan dengan minyak lainnya.

India mengkonsumsi sekitar 24 juta ton minyak nabati setiap tahun, di mana sekitar 10,5 juta ton kebutuhan dipenuhi melalui produksi dalam negeri sedangkan 13,5 juta ton sisanya diimpor.

Dari nilai impor, sekitar 8-8,5 juta ton adalah minyak sawit dan 45% di antaranya berasal dari Indonesia dan sisanya dari negara tetangga Malaysia. Larangan tersebut terjadi ketika pasar nabati global sudah tertekan oleh berbagai sentimen negatif.

Berbagai sentimen negatif tersebut mencakup minyak biji bunga matahari yang terhambat pasokannya karena perang antara Rusia dan Ukraina yang belum juga mereda, minyak kedelai yang produksinya menjadi terbatas karena cuaca ekstrem di perkebunan Amerika Selatan, dan juga produksi CPO Malaysia yang menurun karena bergantung pada 80% tenaga kerja asing yang belum dapat memasuki Malaysia karena pembatasan pandemi Covid-19.

Hal tersebut, mendorong harga minyak nabati seperti minyak mustard, minyak kedelai, bunga matahari dan minyak sawit telah naik sebanyak 25% selama setahun terakhir.

Pada periode 2020-2021, tagihan impor minyak nabati India telah melonjak 63% atau US$ 15,7 miliar yang berakhir pada periode 31 Oktober 2021.

Volume impor tetap kurang lebih sama dengan tahun sebelumnya sekitar 13,5 juta ton tetapi nilainya melonjak karena harga di luar negeri melonjak. Maka, kemungkinan tagihan impor minyak nabati India juga akan meningkat tahun ini.

Tidak hanya itu, India juga menghadapi kekurangan pasokan batu bara di beberapa wilayah negaranya.

Dengan latar belakang ini, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan defisit transaksi berjalan India melebar dari 1,6% di tahun 2022 menjadi 3,1% di tahun 2023.

Sejumlah faktor seperti kenaikan harga minyak mentah, batu bara, minyak nabati, pupuk dan gas alam akan terus menekan posisi eksternal India ke depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Malaysia Diterpa Krisis, Harga CPO Terkoreksi Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular