Dolar Terlalu Perkasa, Tembaga Merana

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
28 April 2022 11:16
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga melemah pada perdagangan jelang siang hari ini. Tekanan datang dari tingginya ekspektasi kenaikan suku bunga mendorong penguatan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS).

Pada Kamis (28/4/2022) pukul 10:45 WIB harga tembaga tercatat US$ 9.826/ton, turun 0,3% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Tembaga dunia masih belum bisa kembali ke angka psikologis US$ 10.000 setelah keluar dari level tersebut pada Senin lalu. Penyebabnya adalah mata uang dolar AS terus menguat. Apresiasi dolar AS dipicu ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 bps Mei mendatang.

Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) hari ini menguat 0,45% ke 104,422. Sepanjang pekan ini, menguat 2,17%, kinerja mingguan terbaik sejak Maret 2020.

Apresiasi dolar AS adalah sentimen negatif bagi harga tembaga. Sebab, tembaga adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Saat dolar AS menguat, maka tembaga jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan tembaga turun, harga pun terkoreksi.

Sikap The Fed kemudian menahan laju penguatan tembaga. Sebab masih ada kecemasan risiko pemulihan ekonomi jadi melambat.

Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari hal tersebut. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Investor, Harga Tembaga Minggu Ini Suram...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular