Dolar Terlalu Perkasa, Tembaga Merana
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga melemah pada perdagangan jelang siang hari ini. Tekanan datang dari tingginya ekspektasi kenaikan suku bunga mendorong penguatan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Pada Kamis (28/4/2022) pukul 10:45 WIB harga tembaga tercatat US$ 9.826/ton, turun 0,3% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Tembaga dunia masih belum bisa kembali ke angka psikologis US$ 10.000 setelah keluar dari level tersebut pada Senin lalu. Penyebabnya adalah mata uang dolar AS terus menguat. Apresiasi dolar AS dipicu ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 bps Mei mendatang.
Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) hari ini menguat 0,45% ke 104,422. Sepanjang pekan ini, menguat 2,17%, kinerja mingguan terbaik sejak Maret 2020.
Apresiasi dolar AS adalah sentimen negatif bagi harga tembaga. Sebab, tembaga adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Saat dolar AS menguat, maka tembaga jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan tembaga turun, harga pun terkoreksi.
Sikap The Fed kemudian menahan laju penguatan tembaga. Sebab masih ada kecemasan risiko pemulihan ekonomi jadi melambat.
Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari hal tersebut. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)