
Efek Larangan Ekspor Sawit, Rupiah KO Lawan Ringgit!

Sulit dipungkiri bahwa larangan ekspor produk kelapa sawit (dari minyak sawit mentah alias CPO hingga minyak jelantah) membuat rupiah melemah. Sebab, minyak kelapa sawit adalah salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia.
Pada Januari-Februari 2022, nilai ekspor minyak kelapa sawit tercatat US$ 4,05 miliar. Angka ini berkontribusi 10,73% terhadap total ekspor non-migas.
Sepanjang 2021, nilai ekspor minyak kelapa sawit adalah US$ 28,52 miliar, melonjak 54,61% dibandingkan 2020. Tahun lalu, ekspor komoditas ini menyumbang 13,01% terhadap ekspor non-migas.
![]() |
Saat dunia kebingungan mencari CPO karena Indonesia melarang ekspor, Malaysia jadi tujuan utama. Ya, Negeri Harimau Malaya adalah produsen dan eksportir CPO terbesar kedua dunia.
Absennya Indonesia dari pasokan minyak sawit dunia, membuat Malaysia akan diuntungkan sebagai alternatif. Public Investment Bank (PIB) Malaysia menyebut dengan adanya larangan ekspor dari Indonesia, importir minyak sawit akan mengalihkan permintaannya ke Negeri Jiran.
"Langkah mengejutkan datang di tengah meningkatnya kekhawatiran atas pengetatan pasokan minyak nabati global. Menanggapi langkah tak terduga, harga minyak kedelai melonjak ke rekor tertinggi US$ 1.795 per ton dan minyak sawit berjangka naik MYR 36 menjadi 6.349 per ton," sebut laporan PIB Malaysia, sebagaimana dikutip dari The Star.
Dengan permintaan CPO Malaysia yang meningkat, otomatis permintaan terhadap ringgit juga meningkat. Jadi jangan heran rupiah melemah di hadapan mata uang tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
