Ekspor Sawit Dilarang, Rupiah Terjengkang?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 April 2022 08:25
Ilustrasi Rupiah
Foto: Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepertinya akan melemah pada perdagangan hari ini. Sentimen domestik dan eksternal menjadi pemberat laju mata uang Tanah Air.

Catherine Tan, Analis Pasar Reuters, memperkirakan rupiah masih akan bertahan di atas Rp 14.400/US$. Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), rupiah diperdagangkan di kisaran US$ 1.470-14.480/US$.

"Level support dolar AS ada di rentang Rp 14.400-14.380. Sementara level resistance ada di Rp 14.450-14.500," tulis Tan dalam risetnya.

idrSumber: Reuters

Dari sisi eksternal, rupiah sulit melawan arus penguatan dolar AS. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 2,55%. Dalam sebulan terakhir, kenaikannya nyaris 5%.

Tren penguatan dolar AS dipertegas penantian pasar terhadap rilis data pembacaan awal pertumbuhan ekonomi Negeri Adidaya periode kuartal I-2022. Seorang pejabat senior di pemerintahan AS mengungkapkan kepada Reuters bahwa pertumbuhan ekonomi mungkin akan lebih rendah dari perkiraan, tetapi masih bertahan di level tinggi.

Prospek ekonomi yang masih cerah ini membuat investor masih memburu aset-aset berbasis dolar AS. Akibatnya, kemungkinan rupiah akan sulit berbuat banyak.

Halaman Selanjutnya --> Larangan Ekspor Sawit Bisa Lemahkan Rupiah

Sementara dari dalam negeri, sentimen yang bisa berdampak negatif terhadap rupiah adalah keputusan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang melarang ekspor produk minyak kelapa sawit. Tidak hanya minyak sawit mentah (CPO), sampai minyak jelantah pun tidak boleh diekspor.

"Kebijakan pelarangan ini didetailkan yaitu berlaku untuk semua produk, baik itu CPO, RPO (Red Palm Oil), RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Palm Olein, pome, dan used cooking oil. Sudah tercakup dalam Permendag dan berlaku malam hari ini pukul 00.00 WIB sesuai arahan Presiden," jelas Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dalam konferensi pers kemarin malam.

Pada Januari-Februari 2022, nilai ekspor minyak kelapa sawit tercatat US$ 4,05 miliar. Angka ini berkontribusi 10,73% terhadap total ekspor non-migas.

Sepanjang 2021, nilai ekspor minyak kelapa sawit adalah US$ 28,52 miliar, melonjak 54,61% dibandingkan 2020. Tahun lalu, ekspor komoditas ini menyumbang 13,01% terhadap ekspor non-migas.

Oleh karena itu, terlihat nyata bahwa CPO adalah salah satu penyumbang devisa utama bagi Indonesia. Tanpa devisa dari ekspor CPO, maka kemungkinan besar rupiah tidak akan punya pijakan untuk menguat. Tekanan terhadap rupiah sepertinya bakal terjadi

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular