
Dolar Singapura Cetak Rekor Lawan Ringgit, Jeblok vs Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali menunjukkan tajinya melawan dolar Singapura pada perdagangan Selasa kemarin. Hal ini terlihat jelas jika dibandingkan ringgit Malaysia yang justru terpuruk hingga menyentuh rekor terlemah sepanjang masa.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura kemarin jeblok 0,64% ke Rp 10.448/SG$ yang merupakan level penutupan terendah di tahun ini. Sementara pada perdagangan hari ini, Rabu (27/4/2022) pukul 11:27 WIB dolar Singapura berada di Rp 10.461/SG$ menguat 0,13%.
Sementara melawan ringgit Malaysia, kemarin dolar Singapura sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa MYR 3,175/SG$ sebelum berbalik melemah. Hari ini, berbalik naik lagi 0,16%.
Dolar Singapura belakangan ini sedang mendapat sentimen positif dari langkah Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) yang mengetatkan kebijakannya pertengahan bulan lalu.
Namun, dolar Singapura justru merosot melawan rupiah, sementara melawan ringgit mampu terus menanjak.
MAS pada Kamis (14/4/2022) mengumumkan merubah titik tengah (centre) menjadi lebih tinggi, dan sedikit menaikkan slope.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Sebelumnya MAS sudah menaikkan slope sebanyak dua kali pada Oktober 2021 dan Januari tahun ini. Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat.
Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Volatilitas dolar Singapura pun terlihat mengalami peningkatan belakangan ini.
Tidak hanya itu, MAS kini diprediksi kembali mengetatkan kebijakannya di bulan Oktober, sebab inflasi yang terus menanjak.
MAS dan Kementerian Perdagangan dan Industri (MIT) di awal pekan ini melaporkan inflasi di bulan Maret melesat 5,4% year-on-year (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 4,3% (yoy), dan menjadi yang tertinggi sejak April 2012.
Sementara itu inflasi inti yang tidak memasukkan sektor akomodasi dan biaya transportasi melesat 2,9% (yoy) dari bulan sebelumnya 2,2% (yoy). Kenaikan tersebut lebih tinggi dari hasil survei Bloomberg terhadap para ekonom sebesar 2,5%, dan tertinggi sejak Maret 2012.
"Data inflasi ini menggarisbawahi perlunya MAS bertindak agresif dengan melakukan pengetatan moneter ganda (di awal April), dan juga menjelaskan ruang untuk kenaikan selanjutnya (pada bulan Oktober) belum ditutup," kata Selena Ling, kepala ekonom di OCBC Bank, sebagaimana dilansir The Straits Times, Senin (25/4/2022).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Singapura Tumbuh Tinggi, Dolarnya Makin Mahal dong?
