Kurs Garuda Berjaya di Eropa, Kalahkan Euro dan Poundsterling

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Selasa, 26/04/2022 13:40 WIB
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah berjaya terhadap euro dan poundsterling pada perdagangan hari ini, Selasa (26/4/2022). Namun, rupiah hanya kalah dengan dolar franc swiss.

Melansir Refinitiv, pukul 11:15 WIB, euro melemah terhadap rupiah sebanyak 0,14% di Rp 15.481/EUR. Hal yang serupa terjadi pada poundsterling terkoreksi terhadap rupiah 0,07% di Rp 18.415,67/GBP

Namun, dolar franc swiss berhasil menguat terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,44% ke Rp 15.058,86/CHF.


Fundamentalnya, sentimen kurang baik masih menghantui wilayah Eropa dan Inggris. Krisis biaya hidup di Inggris akan berdampak parah pada pertumbuhan ekonomi tahun ini, tapi Bank of England (BOE) masih akan menaikkan suku bunga acuannya lagi pekan depan.

Inflasi di Inggris telah mencapai 7% di Maret dan menjadi inflasi tertinggi sejak 30 tahun, sehingga rumah tangga di Inggris akan menghadapi tekanan biaya hidup terbesar sejak 1950-an.

Gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi virus korona telah diperburuk oleh perang antara Rusia ke Ukraina dan pembatasan kegiatan atau lockdown di China, sementara tagihan energi melonjak dan pajak meningkat, membuat daya beli konsumen berkurang.

Para analis Reuters memperkirakan inflasi Inggris akan mencapai 8,4% tahun ini dan lebih dari empat kali dari target BOE di 2%. Padahal, bulan lalu analis memprediksikan angka inflasi hanya di 7,7%.

Sumber: Refinitiv

Sekitar 33 dari 44 analis dalam jajak pendapat Reuters periode 19-25 April mengatakan bawah BOE akan menambah 25 basis poin lagi pada pertemuan 5 Mei, sehingga tingkat suku bunga acuan menjadi 1%. Sementara 10 analis mengatakan tidak akan ada perubahan dan 1 analis mengharapkan kenaikan 50 basis poin.

Selain itu, sebanyak 70 analis memprediksikan pertumbuhan ekonomi Inggris tahun 2022 di 3,8% dan ,7% di 2023.

Beralih ke zona Eropa, embargo minyak dan gas Rusia tampaknya akan dilakukan setengah hati karena ketergantungan negara-negara Eropa terhadap energi Rusia sangat besar dan embargo energi tersebut dapat berbalik arah menjadi senjata makan tuan.

Pada pekan lalu, The Deutsche Bundesbank memperingatkan akhir pekan lalu bahwa embargo gas alam Rusia dapat menyebabkan ekonomi Jerman turun 5% dari target yang diharapkan tahun ini. Hal tersebut berpotensi mendorong Jerman ke dalam resesi sembari ikut mendorong harga konsumen yang juga telah naik signifikan.

Bundesbank pun menyebut dampak ekonomi Jerman dari penghentian pembelian minyak, gas, dan batu bara Rusia dapat menelan biaya 180 miliar euro (US$ 195 miliar).

Selain itu, model ekonominya menunjukkan bahwa penghentian gas alam Rusia, yang sebelum perang menyumbang 55% dari pasokan Jerman, akan menyebabkan produk domestik bruto (PDB) tahun ini menyusut 2%.

Bundesbank juga memperingatkan bahwa kebutuhan untuk menemukan sumber energi pengganti akan mendorong laju inflasi. Kenaikan harga akan bertambah lebih dari 1,5% secara persentase poin untuk Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun ini dan lebih dari 2% untuk tahun depan.

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet L. Yellen juga menilai bahwa larangan impor gas Rusia dapat memiliki efek "berlawanan" dan merugikan benua itu lebih parah dari Rusia. Terutama karena harga bahan bakar global meroket. Sehingga ketergantungan Eropa terhadap komoditas energi Rusia masih menjadi masalah yang sejatinya belum terpecahkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor