
Harga Batu Bara Anjlok 3% Lebih, Ada Apa Gerangan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga baru bara anjlok pada perdagangan kemarin setelah melambung pekan sebelumnya. Pada perdagangan Senin (25/4/2022), harga batu bara kontrak Mei ditutup di level US$ 338 per ton. Melemah 3,36% dibandingkan hari sebelumnya.
Pelemahan ini melanjutkan tren negatif yang sudah berlangsung sejak Jumat (22/4/2022) di mana harga batu bara turun 2,26%. Kendati demikian, harga batu bara meroket 9,26% pada pekan lalu.
Secara keseluruhan, dalam sepekan terakhir, harga batu bara masih menguat 0,6% point to point. Dalam sebulan, emas hitam juga menguat 27,9% dan dalam setahun melesat 294,4%.
Melemahnya harga batu bara salah satunya disebabkan oleh faktor mulai membaiknya pasokan. Beberapa produsen besar seperti China dan India telah meningkatkan produksi untuk mengurangi impor.
Produksi batu bara China mencapai 1,08 miliar ton pada kuartal I-2022, meningkat 10,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, impor batu bara China pada kuartal I-2022 mencapai 51,81 juta ton batu bara, turun 24,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, untuk tahun fiskal 2021/2022 yang berakhir Maret, India memproduksi 777,2 juta ton batu bara. Produksi tersebut naik 8,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor batu bara India selama periode April 2021-Januari 2022 anjlok 16,4% ke level 173,2 juta ton.
Pekan lalu, pemerintah China telah memanggil produsen-produsen batu bara mereka untuk menjamin pasokan guna menghindari pemadaman listrik. Penambang di Provinsi Shanxi diharapkan bisa memasok 47.7 juta ton batu bara untuk tujuh provinsi selama Mei-Desember. Pada kuartal I-2022, Shanxi memproduksi 314 juta ton batu bara, 30% dari total produksi nasional.
Mereka diizinkan untuk menjual harga batu bara dengan harga maksimal 1,5 kali lipat dari harga yang ditetapkan pemerintah yakni di kisaran 570-770 yuan per ton.
Provinsi lain yang mendapat prioritas pasokan di antaranya Jiangsu, Zhejiang, dan Fujian.
Sebelumnya, Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memperkirakan pergerakan harga batu bara pada pekan ini tidak akan sekencang pekan lalu. Pasokan yang meningkat membuat harga batu bara kemungkinan tidak "sepanas" pekan lalu di mana harga terus melambung dari US$ 320 per ton menjadi US$ 357,85 per ton.
Peningkatan produksi batu bara di China dan India, menurutnya, akan membuat kedua negara mengurangi impor sehingga pasokan global sedikit longgar.
"Kami melihat ada kemungkinan rally harga batu bara masih bisa berlanjut ke depan seiring dengan berkembangnya sanksi yang diterapkan ke Rusia. Tapi di satu sisi, data produksi China dan India menunjukkan peningkatan. (Harga batu bara) sedikit bearish ke US$ 300 bawah. Masih US$ 300 tapi we should expect around US$ 310-320 per ton,"," tutur Zuhdi kepada CNBC Indonesia.
Keputusan China untuk mengurangi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan mengembangkan energi hijau juga menjadi faktor sedikit ademnya harga batu bara pada pekan ini. China telah memutuskan untuk menghentikan pembiayaan bagi 15 proyek PLTU di luar negeri dengan total kapasitas mencapai 12,8 gigawat (GW).
Dilansir dari Asia Times, komitmen China untuk beralih ke energi hijau diperkirakan akan memangkas impor batu bara thermal dari 210 juta ton di tahun di tahun 2019 menjadi 155 juta ton pada 2025.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?