Nggak Ada Matinya, Harga Batu Bara Melesat Lagi 3,5%!

Maesaroh, CNBC Indonesia
Jumat, 22/04/2022 08:15 WIB
Foto: Pengapalan batu bara. (Dok: PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melambung sepekan terakhir. Pada perdagangan Kamis (21/4/2022), harga batu bara kontrak Mei ditutup di level US$ 357,85 per ton. Menguat 3,54% dibandingkan hari sebelumnya.

Kenaikan tersebut melanjutkan tren positif yang sudah berlangsung sejak Selasa (19/4). Jika dihitung dari penutupan Selasa, harga batu bara sudah melonjak 6,5%.

Kenaikan harga batu bara pada Kamis juga memperpanjang level harga di atas US$ 300 yang sudah tercatat sejak 12 April 2022. Secara keseluruhan, harga batu bara sudah melonjak 11,8% point to point dalam sepekan. Dalam sebulan, harga batu bara melesat 43,3% dan melesat 306,2% dalam setahun.





Faktor melambungnya harga batu bara masih disebabkan ketatnya pasokan. Setelah Uni Eropa dan Jepang melarang impor batu bara dari Rusia, pasar batu bara menjadi sangat ketat karena ketidakseimbangan antara permintaan pasokan dan permintaan makin melebar.

Belum lagi semakin banyak negara yang mengalihkan sumber energi pembangkitnya ke batu bara seiring dengan lonjakan harga gas. Langkah ini diambil negara-negara di kawasan Balkan seperti Macedonia Utara. Pasalnya, meskipun harganya sudah melonjak, harga batu bara tetap lebih murah dibandingkan gas.

Melambungnya harga batu bara membuat sejumlah negara kini mencari pemasok yang lebih murah. Pakistan yang selama ini menggantungkan pasokan batu bara dari Afrika Selatan kini mencari pemasok yang lebih murah karena batu bara dari Afrika Selatan menjadi lebih mahal.

Selain persoalan logistik, harga batu bara Afrika Selatan menjadi mahal karena ada gejolak sosial yang sudah berlangsung sejak tahun lalu.
Merujuk pada S&P Global, harga batu bara Afrika Selatan melonjak 156,35% dari US$ 107,45/ton di awal Januari menjadi US$ 275,45/ton pada 20 April.

S&P Global Commodity Insights melaporkan Pakistan menjadikan Mozambik, Tajikistan, dan Indonesia sebagai pemasok alternatif batu bara mereka.
Impor batu bara dari Afrika Selatan turun 32% (year on year/YoY) pada tahun lalu. Sementara impor dari Indonesia melonjak tajam 55%.
"Banyak dari pengusaha tekstil yang mengalihkan sumber energi pabrik mereka ke batu bara," tutur salah satu pengusaha Pakistan, seperti dikutip dari S&P Global.

Pakistan bahkan kini terancam krisis listrik karena kurangnya pasokan batu bara. Sebelumnya, Vietnam juga menghadapi persoalan serupa karena mahalnya harga batu bara.
Bila Pakistan mencari pemasok alternatif, sejumlah negara seperti China dan India justru meningkatkan impor batu bara mereka dari Rusia untuk mendapatkan pasokan yang lebih murah.

Impor batu bara India dari Rusia mencapai 1,08 juta ton di Maret 2022, lebih dari dua kali lipat dibandingkan yang tercatat di Februari.
China mengimpor coking coal dari Rusia sebanyak 1,4 juta ton di Maret, melonjak drastis dibandingkan yang tercatat di Februari 2022 (1,1 juta ton) atau Maret 2021 (550.000 ton).

Produksi batu bara China memang meningkat 14,8% (year on year/YoY) di Maret menjadi 395,79 juta ton. Mereka juga menargetkan produksi batu bara sebesar 12 juta per hari.
Namun, batu bara produksi China berkualitas redah tidak cocok untuk peleburan baja. Negara Tirai Bambu pun masih menggantungkan banyak pasokan impor untuk batu bara metalurgi mereka.

TIM RISET CNBC IDONESIA


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Emiten Batu Bara Amankan Ekspor Saat Harga Mendingin