Top Gainers-Losers

Saham Milik Boy Thohir ADMR Masuk Top Losers Nih!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 April 2022 07:10
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup cerah pada perdagangan Kamis (21/4/2022) kemarin, menyusul pelemahan imbal hasil (yield) surat utang di Amerika Serikat (AS) yang mengurangi risiko pembalikan modal asing.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup menguat 0,68% ke level 7.276,19. IHSG pun kembali mencetak rekor tertinggi (all time high/ATH) barunya kemarin, meski sejatinya, ATH IHSG sempat menyentuh level 7.294,67 jelang penutupan perdagangan kemarin

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp 17 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 257 saham menguat, 289 saham melemah, dan 150 saham flat.

Investor asing pun kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) hingga mencapai Rp 1,88 triliun di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat menjual bersih sebesar Rp 686,9 miliar.

Di tengah kembali bergairahnya IHSG kemarin, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Gainers

Di posisi pertama terdapat saham emiten produsen pupuk yakni PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF). Saham SAMF ditutup melonjak 24,56% ke level harga Rp 710/saham pada perdagangan kemarin.

Nilai transaksi saham SAMF pada perdagangan kemarin mencapai Rp 11 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 16,03 juta lembar saham. Investor asing memburunya sebesar Rp 133 ribu di pasar reguler.

Melesatnya harga saham SAMF terjadi setelah perseroan berhasil membukukan kenaikan laba bersih dan penjualan pada tahun 2021.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, laba tahun berjalan SAMF meningkat 45,2% menjadi Rp 171,14 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp 117,86 miliar pada tahun 2020.

SAMF juga berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp 1,85 triliun pada tahun 2021. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 31,44% dari tahun 2020 yang sebesar Rp 1,4 triliun.

Selain SAMF, adapula saham emiten properti apartemen dan perhotelan yang terintegrasi dengan LRT Jabodebek dan moda transportasi massal lainnya sekaligus anak usaha dari PT Adhi Karya Tbk (ADHI), yakni PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP), yang harga sahamnya melesat 17,57% ke posisi harga Rp 87/saham.

Nilai transaksi saham ADCP pada perdagangan kemarin mencapai Rp 40,79 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 476,7 juta lembar saham. Investor asing memburunya sebesar Rp 822,94 juta di pasar reguler.

Sebelumnya, perseroan optmis dengan prospek bisnisnya pada tahun 2022. Optimisme tersebut didasari oleh tingginya animo masyarakat terhadap hunian dengan konsep Transit Oriented Development (TOD).

Corporate Secretary perseroan, Adi Sampurno menyampaikan bahwa beberapa proyek hunian TOD perseroan telah terjual habis (sold out) di beberapa lokasi pengembangan, seperti di tower Accordion LRT City di Jatibening Bekasi, kemudian LRT City Tebet di dekat M.T Haryono, Jakarta Selatan.

Lalu ada tower Sapphire Cisauk Point yang terintegrasi dengan Stasiun Cisauk, Tangerang Selatan, dan cluster Bhumi Anvaya Adhi City di Sentul, Bogor.

Selain saham SAMF dan ADCP, di posisi paling minor atau ke-10 terdapat saham emiten menara telekomunikasi yakni PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR), yang harganya melesat 16,93% ke level Rp 42.125/saham.

Nilai transaksi saham SUPR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 252,79 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan hanya mencapai 6.200 lembar saham.

Saham SUPR pun semakin mahal dari nominalnya setelah harga sahamnya mengalami penguatan. Bahkan kini, harga saham SUPR pun menjadi yang paling mahal di Bursa Efek Indonesia (BEI), di mana sebelumnya diduduki oleh saham emiten energi yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA).

Selain beberapa saham menjadi top gainers, ada juga beberapa saham yang menjadi top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Losers

Di posisi pertama terdapat saham emiten pengelola bar dengan nama Lucy in The Sky yang juga dimiliki oleh artis Wulan Guritno, yakni PT Lima Dua Lima Tiga Tbk (LUCY). Saham LUCY ditutup ambruk hingga 9,48% ke level harga Rp 105/saham.

Nilai transaksi saham LUCY pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 2,99 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 28,46 juta lembar saham.

Belum diketahui mengapa saham LUCY menjadi top losers kemarin. Tetapi jika dilihat dari pergerakan sahamnya dan volume transaksinya yang cukup besar, hal ini dapat membuat saham LUCY terbawa ke jajaran saham top losers.

Sedangkan di posisi kedua terdapat saham emiten konstruksi infrastruktur yakni PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) yang harganya ambruk hingga 6,99% ke posisi harga Rp 173/saham. Saham DGIK pun terkena level auto rejection bawah (ARB).

Nilai transaksi saham DGIK kemarin mencapai Rp 7,45 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 42,46 juta lembar saham. Investor asing melepas saham DGIK sebanyak Rp 186,16 juta di pasar reguler.

Selain LUCY dan DGIK, adapula saham emiten batu bara yakni PT Harum Energy Tbk (HRUM), yang harganya ambles 6,86% ke level Rp 12.900/saham.

Nilai transaksi saham HRUM kemarin mencapai Rp 200,55 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 14,99 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham HRUM sebanyak Rp 34,06 miliar di pasar reguler.

Selain HRUM, emiten batu bara lainnya yang juga sekaligus anak usaha dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) pun masuk ke dalam jajaran top gainers kemarin.

Saham ADMR ditutup ambrol 6,81% ke posisi Rp 2.600/saham. Nilai transaksi saham ADMR kemarin mencapai Rp 513,7 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 188,85 juta lembar saham. Investor asing juga mengoleksi saham ADMR sebanyak Rp 35,91 miliar di pasar reguler.

Setelah sahamnya melesat hingga 2.890% sejak IPO hingga Rabu lalu, investor mulai melepasnya karena dinilai harganya sudah cukup tinggi, sehingga saham ADMR masuk ke jajaran top losers dinilai masih wajar.

Saham yang dikuasai oleh emiten batu bara milik pengusaha sekaligus kakak dari Menteri BUMN yakni Garibaldy 'Boy' Thohir ini mengawali debutnya sebagai perusahaan go-public pada 3 Januari 2022.

Saham ADMR ditawarkan seharga Rp 100/unit saat IPO. Namun pada penutupan perdagangan Rabu lalu, harganya ditutup di Rp 2.990/unit. Artinya sejak IPO hingga Rabu lalu, saham ADMR telah melesat hingga 2.890%.

Secara nominal, harga saham ADMR sudah mendekati harga saham induknya yaitu ADRO yang ditutup di level Rp 3.270/unit pada perdagangan kemarin.

Bahkan secara nilai kapitalisasi pasar (market cap), saham ADMR sudah melampaui market cap ADRO. Hingga kemarin, market cap ADMR berada di Rp 106 triliun, sedangkan ADRO di Rp 105 triliun. Hanya beda 1 triliun saja.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular