Kemarin Melesat Lebih Dari 1%, Dolar Australia Ngegas Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 April 2022 11:30
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia melesat lebih dari 1% pada Rabu kemarin dan mencatat penguatan dua hari beruntun. Sementara pada perdagangan Kamis (21/4/2022) berbalik turun lagi.

Pada pukul 11:23 WIB dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.662/AU$, melemah 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sebelumnya dolar Australia mampu menguat dalam 2 hari setelah rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang menunjukkan suku bunga bisa dinaikkan dalam waktu dekat.

Notula rapat kebijakan moneter edisi April tersebut menunjukkan RBA melihat kenaikan inflasi serta pasar tenaga kerja yang terus membaik membuat kenaikan suku bunga pertama bisa dilakukan dalam waktu dekat.

Kini pelaku pasar menanti data inflasi kuartal I-2022 yang akan dirilis pada 27 April mendatang.

Biro Statistik Australia pada akhir Januari lalu melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 dilaporkan tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.

Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.

Jika inflasi kembali menunjukkan kenaikan, maka ekspektasi RBA akan menaikkan suku bunga pada bulan Juni akan semakin menguat, dan akan menjadi kenaikan pertama dalam 12 tahun terakhir.

Kenaikan tersebut akan menjadi awal dari periode kenaikan suku bunga. Bahkan bank sentral pimpinan Philip Lowe ini diperkirakan akan menaikkan suku bunga hingga 200 basis poin.

Jika itu terjadi, maka RBA akan sangat agresif. Hal ini membuat analis dari Westpac Bank, Sean Callow menyarankan strategi buy on dip (beli saat harga turun) pada dolar Australia.

RBA (bank sentral Australia) membuat dolar Australia melesat ke level tertinggi sejak Juni 2021, tetapi kemudian berbalik arah. Kuatnya dolar AS akan membatasi dolar Australia, tetapi untuk beberapa pekan ke depan kami masih buy on dip, puncak dolar Australia masih belum dicapai," kata Callow sebagaimana dilansir Poundsterling Live, Jumat (8/4/202).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Gembira di Awal 2023, Rupiah Siap Ngegas!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular