
Rudal "Setan II" Rusia Meluncur, Rupiah Kok Malah Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (21/4/2022). Padahal Rusia yang melakukan uji coba rudal "Setan II" yang bisa membuat sentimen pelaku pasar memburuk.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,14% ke Rp 14.335/US$ di pasar spot. Tanda-tanda rupiah akan menguat pagi ini sudah terlihat di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.
Periode | Kurs Rabu (20/4) pukul 15:17 WIB | Kurs Kamis (21/4) pukul 8:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.340,0 | Rp14.322,4 |
1 Bulan | Rp14.346,0 | Rp14.319,0 |
2 Bulan | Rp14.361,0 | Rp14.334,0 |
3 Bulan | Rp14.379,0 | Rp14.352,0 |
6 Bulan | Rp14.451,0 | Rp14.424,0 |
9 Bulan | Rp14.546,0 | Rp14.519,0 |
1 Tahun | Rp14.654,0 | Rp14.649,7 |
2 Tahun | Rp15.021,0 | Rp14.994,0 |
Reuters melaporkan Rusia melakukan uji coba rudal balistik antar benua RS-28 Sarmat. Negara-negara Barat menjulukinya rudal "Setan II", sebab memiliki daya hancur yang luar biasa.
Kremlin mengklaim, RS-28 Sarmat bisa membawa 15 hulu ledak nuklir, dan memiliki rentang jelajah hingga 18.000 kilometer.
Sebagai gambaran jarak antara Rusia ke Amerika Serikat sekitar 8.800 kilometer, maka tak salah jika Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan "Setan II" bisa menghancurkan target di mana saja di dunia ini, dan tidak ada senjata yang bisa menandinginya.
"Rudal baru ini memiliki karakteristik taktis dan teknis tertinggi dan mampu mengatasi semua sarana pertahanan anti-rudal modern," kata Putin sebagaimana dilansir Reuters.
"Senjata yang benar-benar unik ini akan memperkuat potensi tempur angkatan bersenjata kita, memastikan keamanan Rusia dari ancaman eksternal, membuat mereka mereka yang mencoba mengancam negara kita berfikir ulang," tegasnya.
Sementara itu Pentagon mengatakan uji coba "Setan II" merupakan hal yang rutin dilakukan Rusia, dan bukan ancaman bagi Amerika Serikat dan sekutu. Pentagon bahkan menyatakan Kremlin sudah memberi tahu Amerika Serikat terlebih dahulu sebelum melakukan uji coba RS-28 Sarmat.
Pentagon juga mengatakan sebenarnya memiliki rencana melakukan uji coba rudal balistik antar benua Minuteman III ICBM pada 2 Maret lalu, tetapi ditunda agar tidak meningkatkan ketegangan dengan Rusia.
Perang Rusia dengan Ukraina yang turut menyeret negara Barat memberikan efek ganda bagi rupiah.
Pertumbuhan ekonomi global jadi melambat dan sentimen pelaku pasar memburuk, memberikan sentimen negatif ke rupiah. Di sisi lain, perang tersebut membuat harga komoditas meroket yang membuat neraca perdagangan Indonesia surplus 23 bulan beruntun, dan membuat transaksi berjalan surplus di 2021, hal ini memberikan sentimen positif ke rupiah.
Alhasil, rupiah masih stabil melawan dolar AS sepanjang tahun ini. Sementara itu, indeks dolar AS pada perdagangan Rabu merosot hingga 0,6% ke 100,343 setelah sebelumnya sempat ke atas level 101. Merosotnya indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut membuat rupiah langsung menguat pagi ini.
Pelaku pasar mulai price in dengan kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS) sebesar 50 basis poin pada bulan depan. Itu terindikasi dari penurunan indeks dolar AS meski salah satu Presiden The Fed Minneapolish, Neel Kashkari, pejabat elit yang paling dovish kini membuka peluang kenaikan suku bunga lebih agresif.
Dengan pasar yang sudah price in, rupiah yang sepanjang tahun ini cukup stabil tentunya berpeluang menguat ke depannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
