BI Sabar Naikkan Suku Bunga, Rupiah Masih Aman Sentosa!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 April 2022 13:20
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Fundamental dalam negeri yang terus membaik membuat rupiah tak gentar menghadapi almighty dolar. Kenaikan harga komoditas memberikan keuntungan bagi Indonesia, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 23 bulan beruntun.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor Indonesia bulan lalu adalah US$ 21,97 miliar. Tumbuh 32,02% dibandingkan Februari 2022 (month-to-month/mtm) dan 30,85% dibandingkan Maret 2021 (year-on-year/yoy).

Sebelumnya, BPS mengungkapkan nilai ekspor Maret 2022 adalah US$ 26,5 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 4,53 miliar.
Surplus ini adalah yang ketiga terbesar sepanjang sejarah Indonesia merdeka. Hanya kalah dari Oktober 2021 (US$ 5,74 miliar) dan Agustus 2021 (US$ 4,75 miliar).

Indonesia sudah membukukan surplus neraca perdagangan sejak April 2020, atau selama 23 bulan terakhir. Ini baru kali pertama terjadi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Rekor surplus perdagangan tanpa putus kali terakhir terjadi pada Agustus 2008-Juni 2010 yang juga berlangsung selama 23 bulan. Kala itu Indonesia masih dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kinerja positif neraca perdagangan tersebut membantu transaksi berjalan Indonesia membukukan surplus sebesar US$ 1,4 miliar atau 0,4% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV-2021.

Sepanjang 2021, surplus transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 3,3 miliar (0,3% dari PDB). Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus secara tahunan yakni pada 2011 lalu.

Transaksi berjalan merupakan salah satu dari dua pos Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Surplus transaksi berjalan tersebut menjadi kunci stabilnya rupiah, bahkan bisa menguat sebab mencerminkan arus devisa yang bertahan lama di dalam negeri, tidak seperti pos yang lainnya yakni transaksi modal dan finansial yang gampang datang dan pergi.

Untuk saat ini, transaksi modal dan finansial masih mencatat kinerja apik, khususnya di pasar saham. Data pasar menunjukkan sepanjang pekan lalu investor asing melakukan beli bersih sekitar Rp 5,3 triliun, dan sepanjang tahun ini lebih dari Rp 41 triliun. Inflow tersebut mampu mengimbangi capital outflow di pasar obligasi sepanjang tahun ini hingga 14 April lalu sebesar Rp 41,3 triliun.

Untuk transaksi berjalan sendiri di tahun ini, Bank Indonesia (BI) memprediksi akan kembali defisit, tetapi sekitar 1,1% - 1,9% dari PDB. Proyeksi tersebut lebih rendah dari rata-rata defisit pada periode 2012 - 2020 sebesar 2,3% dari PDB.

Kemarin, BI bahkan kembali menurunkan proyeksi defisit transaksi berjalan.

"Ke depan, tingginya harga komoditas global diprakirakan akan menopang peningkatan nilai ekspor untuk tahun 2022 sehingga defisit transaksi berjalan diprakirakan akan lebih rendah, yaitu menjadi 0,5% - 1,3% dari PDB, menurun dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 1,1% - 1,9% dari PDB," kata Perry.

Dengan demikian, menurut Perry, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) bisa tetap surplus pada 2022. Tahun lalu, NPI tercatat surplus US$ 13,5 miliar, dengan transaksi berjalan surplus sebesar US$ 3,3 miliar.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Para Bos Mulai "Buang" Dolar AS

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular