Sudah Ambrol 3% Lebih, Kurs Dolar Australia Apa Kabar?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 April 2022 11:40
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga Senin kemarin, dolar Australia sudah mencatat penurunan dalam 8 dari 9 hari terakhir melawan rupiah. Selama periode tersebut, dolar Australia ambrol lebih dari 3%. Persentase tersebut bahkan bisa lebih besar lagi jika melihat level tertinggi yang dicapai pada 5 November lalu mendekati Rp 11.000/AU$. Setelahnya, tren turun pun dimulai.

Pada perdagangan Selasa (19/4/2022) pukul 9:42 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran 10.558/AU$, menguat 0,14% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Meski sudah merosot tajam, sepanjang tahun ini dolar Australia masih mencatat penguatan sekitar 2% melawan rupiah.

Tingginya harga komoditas, inflasi yang sudah mencapai target serta pemulihan ekonomi yang terus berlanjut membuat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) membuka peluang kenaikan suku bunga di tahun ini.

Dolar Australia pun terus menanjak hingga nyaris menyentuh Rp 11.000/AU$ di awal bulan ini. Kini pelaku pasar menanti data inflasi kuartal I-2022 yang akan dirilis pada 27 April mendatang.

Akhir Januari lalu inflasi di kuartal IV-2021 dilaporkan tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.

Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.

Jika menunjukkan kenaikan, ekspektasi RBA akan agresif menaikkan suku bunga akan semakin menguat.

Dari dalam negeri, pelaku pasar hari ini menanti pengumuman kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI). Sejauh ini, BI masih konsisten dengan sikap dovish-nya.
Pekan lalu BI sekali lagi menegaskan belum akan menaikkan suku bunga sampai inflasi naik secara fundamental.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, masih optimis tahun ini inflasi tetap terkendali dan masih berkisar pada asumsi semula, yaitu 2-4%, sekalipun kini harga barang dan jasa terus naik.
"Sejauh ini kami masih confident inflasi masih bisa terjaga 2-4%," ungkap Perry usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022).

Perry sekali lagi menegaskan jika kebijakan moneter BI, terutama suku bunga tidak akan merespon first round impact dari kenaikan harga saat ini.

Seandaianya BI sedikit saja lebih hawkish, dengan memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga di semester II-2022, rupiah bisa jadi akan perkasa.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular