
Sulap GoTo Jadi Decacorn, Begini Kiprah Investasi Northstar

Jakarta, CNBC Indonesia - Northstar Group yang merupakan salah satu investor awal Gojek, merupakan perusahaan Private Equity (PE) yang aktif berinvestasi di Asia Tenggara terutama Indonesia.
Northstar Group didirikan oleh dua orang berkebangsaan Indonesia yang namanya sudah dikenal baik oleh investor. Mereka adalah Patrick Walujo dan Glenn Sugita.
Sebelum mendirikan Northstar, Patrick yang juga menantu salah satu orang terkaya di Indonesia Theodore Permadi Rachmat (TP Rachmat) bekerja sebagai Senior Vice President (SVP) di Pacific Century Ventures Ltd di Tokyo.
Sementara itu rekannya Glenn Sugita juga menduduki jabatan strategis sebagai Senior Vice President di PricewaterhouseCoopers Indonesia (PWC).
Lebih dari 15 tahun beroperasi dan berkedudukan di Singapura, kini aset kelolaan Northstar Group mencapai US$ 2,6 miliar atau kurang lebih Rp 38 triliun.
Portofolio investasinya juga tersebar di kawasan ASEAN mulai dari Indonesia, Singapura hingga Thailand dan Malaysia.
Untuk diketahui, sebagai PE kegiatan bisnis Northstar Group adalah menggalang pendanaan dari investor strategis seperti Sovereign Wealth Fund (SWF) hingga investor individu dengan kekayaan fantastis (high net worth individual) untuk diputarkan ke berbagai instrumen investasi seperti dibelikan perusahaan.
Setelah lebih dari satu dekade beroperasi, lantas seperti apa kiprah Northstar Group yang didirikan oleh Patrick Walujo dan Glenn Sugita tersebut? Berikut ulasannya.
Kelola US$ 2,6 Miliar dan Dapat Pendanaan dari ADB
Sebenarnya model bisnis PE mirip dengan reksa dana, hanya saja yang membedakan adalah tipe investor yang berpartisipasi. Jika pada kasus reksa dana investor ritel bermodal cekak bisa ikut berpartisipasi, pada PE hanya investor strategis bermodal jumbo saja yang bisa ikut.
Mengingat modalnya yang jumbo, transaksi investasi yang dilakukan juga besar sehingga tak jarang perusahaan sekelas PE bisa mengakuisisi sebagian besar perusahaan baik publik maupun privat dengan porsi kepemilikan saham yang jumbo (buyout).
Timeline investasi perusahaan PE juga cenderung lebih lama yaitu 5-10 tahun. Para profesional yang tergabung dalam PE tidak hanya pasif dalam berinvestasi.
Mereka menggunakan strategi investasi aktif, sehingga tak jarang mereka ikut hands on dalam mengembangkan perusahaan investasi-nya dengan duduk sebagai dewan direksi maupun komisaris.
Untuk kasus Northstar Group, pendanaan perdana yang diperoleh adalah sebesar US$ 110 juta pada tahun 2007 lewat Northstar Equity Partners I (NEP I). Kemudian tiga tahun berselang, Northstar Group kembali melakukan aktivitas pendanaan lewat NEP II dengan nilai komitmen dana dari investor senilai US$ 285 juta.
Aktivitas fundraising ketiga dilakukan Northstar pada 2011 dan berhasil menghimpun dana senilai US$ 820 juta. Selang tiga tahun, PE yang kini rajin berinvestasi di startup ini kembali memperoleh pendanaan senilai US$ 810 juta.
Aktivitas pendanaan Northstar yang paling baru tercatat adalah pada 2020 dengan memperoleh komitmen dari investor senilai US$ 590 juta lewat NEP V.
Salah satu yang menarik perhatian adalah, dalam putaran pendanaan kelimanya, Northstar mendapatkan kepercayaan dari Bank Pembangunan Asia (ADB) yang ikut berkomitmen untuk menjadi salah satu investor grup PE yang satu ini.
Melansir situs resmi ADB dalam rilis berita pada 12 Januari 2022, bank pembangunan regional tersebut menyisihkan sebanyak US$ 39,5 juta dananya untuk diinvestasikan di NEP V yang berfokus untuk pembangunan ekonomi di Indonesia.
Secara keseluruhan, maka total pendanaan yang diperoleh Northstar Group sejak didirikan mencapai US$ 2,62 miliar atau setara dengan Rp 37,92 triliun.
Portofolio dan Kiprah Investasi Northstar Group
Mengutip situs resmi perusahaan, investasi pertama Northstar Group adalah dengan membeli saham PT Bank BTPN Tbk (BTPN) pada 2008.
Saat itu BTPN masih dinakhodai oleh Jerry Ng yang sekarang menjadi komisaris utama dan pemilik bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO). Dalam berinvestasi di BTPN, Northstar tidak sendiri dan menggaet investor lain yaitu perusahaan PE asal AS TPG.
Di bawah kepemimpinan Jerry Ng, perusahaan investee Northstar & TPG yaitu BTPN sukses mencatatkan kenaikan aset hingga 10x hanya dalam kurun waktu 1 dekade saja.
Kemudian pada 2009, Northstar Group memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan tambang yaitu PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).
Pasca memperoleh pendanaan lewat NEP II, Northstar kembali berinvestasi di perusahaan Indonesia. Kali ini investasinya berada di sektor keuangan multifinance. Pada 2011, Northstar berinvestasi di PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN).
Pada 2012, Northstar Group bersama GIC, memutuskan untuk berinvestasi di emiten produksi minyak sawit hulu yakni PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang resmi melantai di bursa saham domestik tahun lalu. Kini nilai kapitalisasi pasar TAPG mencapai Rp 13,3 triliun atau naik lebih dari 3x dari saat IPO.
Pada 2015, Northstar Group juga memimpin konsorsium sejumlah investor untuk memberikan fasilitas pinjaman structured financing senilai US$ 1 miliar kepada Group Salim.
Uniknya skema investasi yang dilakukan oleh Northstar dan investor lain seperti TPG dan Gateway di Grup Salim ini memberikan mereka akses terhadap kepemilikan saham di perusahaan ritel milik group yang kini dikenal dengan nama Indomaret.
Setahun berselang, Northstar kembali berinvestasi. Kali ini sektornya adalah konsumen dengan ikut berpartisipasi pada tahap pre-IPO untuk PT Kino Indonesia Tbk (KINO).
Beberapa perusahaan publik Tanah Air lain yang juga pernah atau masih ada di dalam portofolio Norhtstar antara lain PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM), PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU), PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) hingga PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).
Selain perusahaan publik di atas, portofolio Northstar Group di perusahaan privat meliputi PT Greenfields Indonesia yang dibelinya dari Japfa Ltd pada akhir 2020 bersama dengan TPG untuk 80% kepemilikan dengan nilai US$ 236 juta atau setara dengan Rp 3,3 triliun.
Sementara itu portofolio perusahaan Northstar Group yang ada di luar Indonesia meliputi Thai Credit Retail Bank, Nera Telecommunications Ltd, ERA Real Estate dan Innovalues.